Makna Simbolis Srimpi Lima Pada Upacara Ruwatan Di Desa Ngadireso Poncokusumo Malang
Salah satu kesenian yang ada di masyarakat adalah tari. Tari dalam sebuah kegiatan religius merupakan salah satu aplikasi tingkah laku yang dimiliki manusia, seperti Srimpi Lima. Srimpi merupakan salah satu tarian yang pada mulanya hidup dan berkembang di Lingkungan Keraton dan memiliki simbol-simbo...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Tugas Akhir |
Language: | Indonesian |
Published: |
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=26729 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Salah satu kesenian yang ada di masyarakat adalah tari. Tari dalam sebuah kegiatan religius merupakan salah satu aplikasi tingkah laku yang dimiliki manusia, seperti Srimpi Lima. Srimpi merupakan salah satu tarian yang pada mulanya hidup dan berkembang di Lingkungan Keraton dan memiliki simbol-simbol kejawen. Srimpi tumbuh di Desa Ngadireso Poncokusumo Malang, dikenal dengan Srimpi Lima. Srimpi Lima ini ditarikan oleh lima orang penari, dengan tata busana yang sama, tetapi ada pembedaan pada warna sampurnya. Pola lantai berbentuk bujur sangkar, dan proses perpindahan penari searah jarum jam, yaitu mengarah ke kanan. Srimpi ini memiliki nilai sakral dan mempunyai makna simbolis yang dalam, karena difungsikan untuk upacara ruwatan.Ruwatan yang dilakukan khusus bagi anak ontang-anting atau anak tunggal, yang tergolong anak sukerta, artinya seseorang yang menjadi mangsa atau makanan Bethara Kala. Masyarakat Desa Ngadireso mempercayai bahwa anak yang lahir dalam kelompok sukerta harus diruwat, karena untuk pelepasan, pembersihan jiwa dari segala pengaruh jahat yang melekat pada dirinya atau sebagai usaha untuk menghindarkan malapetaka yang diramalkan akan menimpanya. Gambaran Srimpi Lima, merupakan srimpi yang dianggap sakral oleh masyarakat Ngadireso dan sebagaimana direfleksikan melalui simbolisasi Srimpi Lima yang tersirat makna sedulur papat lima pancer.Makna simbolis Srimpi Lima yang difungsikan untuk ruwatan, bahwa manusia yang dilahirkan dalam kelompok sukerta harus diruwat. Hal ini, karena manusia dianggap kotor, tidak bersih, dan tidak suci. Untuk melepaskan dirinya dari kekotoran itu, atau ketidak sucian, maka anak yang tergolong ontang-anting harus diruwat. Menurut kepercayaan Jwa, bahwa manusia dijaga oleh keempat saudaranya. Keempat saudaranya yang dimaksudkan adalah, saudara di timur , putih warnanya; saudara dibarat, merah warnanya; saudara diselatan, hitam warnanya; saudara diutara, kuning warnanya; dan manusianya sendiri ada ditengah, biru warnanya. Keempat saudara yang disebut di atas sebagai saudaranya dan menjaga dirinya, yang dimaknai sebagai sedulur papat lima pancer. |
---|