Rerahsa
Rerahsa merupakan sebuah karya tari kelompok yang ditarikan tujuh orang penari putra. Tari ini merupakan penuangan ide serta kreativitas dari rangsang kinestetik dan rangsang gagasan yaitu pengalaman empiris penata tari yang pernah berproses dengan tuna daksa sehingga menginspirasi penata tari untuk...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Tugas Akhir |
Language: | Indonesian |
Published: |
FSP ISI Yogyakarta
2015
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=29855 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Rerahsa merupakan sebuah karya tari kelompok yang ditarikan tujuh orang penari putra. Tari ini merupakan penuangan ide serta kreativitas dari rangsang kinestetik dan rangsang gagasan yaitu pengalaman empiris penata tari yang pernah berproses dengan tuna daksa sehingga menginspirasi penata tari untuk mengangkat tokoh pewayangan yaitu Gareng dengan dasar gerak yaitu gerak tidak wajar (cacat) dalam dasar tari tradisi Jawa gaya Yogyakarta. Fokus karya ini lebih kepada esensi gerak cacat dan lebih memainkan ekspresi. Alasan penata tari mengambil tokoh Gareng karena Gareng ini merupakan salah satu simbol contoh kepemimpinan yang dapat memberikan contoh baik kepada generasi penerus saat ini, karena cacat fisik bukanlah hal yang memalukan, justru dapat memotivasi hidup untuk menjadi lebih baik. Menurut penata tari, dari masa ke masa seorang pemimpin sudah tidak lagi memiliki watak/sifat seperti tokoh Gareng, sehingga menjadi salah satu motivasi penata untuk menggarap karya Rerahsa ini. Pada karya ini terdiri dari 3 adegan. Pada introduksi penata tari membicarakan Gareng sebagai abdi/pamong. Pada adegan 1 lebih fokus kepada studi gerak gareng dengan berbagai karakter, sedangkan adegan 2 membicarakan 3 poin, yaitu Gareng yang lupa akan titahnya sebagai pamong, membicarakan ketika Gareng menjadi Raja, dan imajinasi Gareng terhadap wanita pujaannya yaitu Dewi Saradewati. Pada adegan 3, penata membicarakan sosok Gareng yang kembali ke perenungan dan berintrospeksi diri. Diharapkan dengan adanya karya cipta tari ini, masyarakat dan penonton dapat mengerti dan memahami bahwa janganlah memandang orang sebelah mata, jangan melihat dari segi fisik, namun lihatlah orang dari hatinya, sebagaimana yang digambarkan oleh sosok Gareng ini. |
---|