Analisis Koreografi Bedhaya Bedhah Madiun Gaya Yogyakarta Rekonstruksi Juni 2014 Oleh R.Ay Sri Kadaryati.
Bedaya merupakan artefak hidup yang lahir, tumbuh, dan berkembang dilingkungan aristokrat, baik di Keraton Surakarta, Keraton Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegara, dan Kadipaten Pakualaman. Bedhaya Bedhah Madiyun Gaya Yogyakarta lahir pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Bedaya ini te...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Tugas Akhir |
Language: | Indonesian |
Published: |
FSP ISI Yogyakarta
2014
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=30111 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Bedaya merupakan artefak hidup yang lahir, tumbuh, dan berkembang dilingkungan aristokrat, baik di Keraton Surakarta, Keraton Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegara, dan Kadipaten Pakualaman. Bedhaya Bedhah Madiyun Gaya Yogyakarta lahir pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Bedaya ini telah kehilangan gaungnya semenjak terakhir direkonstruksi pada tahun 1987, sehingga pada Juni 2014 bedaya tersebut berhasil direkonstruksi kembali. Awal penelitian ini dilakukan pencermatan terhadap teks Bedhaya Bedhah Madiyun Gaya Yogyakarta, sebagai objek material. Bedaya yang merupakan artefak hidup tidak akan lepas dari sebuah struktur tari yang membentuknya. Struktur itu dibentuk oleh teks dan konteks yang berkaitan dengan terbentuknya Bedhaya Bedhah Madiyun. Bedasarkan penelitian ini, digunakan cara pandang Janet Ashead mengenai metode analisis yang terdiri dari empat tataran metode, yaitu (1) Discribing (mendiskripsikan tarian) (2) Discerning (mengkaitan koreografi dalam komponen-komponen tari ) (3) Interpreting (interpretasi) dan (4) Evaluating (evaluasi). Analisis koreografi menggunakan konsep-konsep yang dikemukakan oleh La Meri, dan konsep tari Jawa, khususnya gaya Yogyakarta. Diperkaya dengan konsep-konsep koreografi lainnya. Melalui pendekatan analisis koreografi ditemukan, hal unik yakni pada aspek gerak dan pola lantainya. Ditemukan suatu kenyataan bahwa motif gerak gudhawa tampak khas dalam struktur geraknya. Motif ini tidak lazim ditemukan pada bedaya lainnya. Beberapa pola lantai pada bedaya ini tampak khas, karena terdapat pola lantai dua garis berbanjar saling berhadapan dan terdapat dua garis mendatar saling berhadapan secara horisontal, pola lantai tersebut yakni rakit baris dan rakit gelar. |
---|