Ghara Satyabrata
Ide garapan tari berjudul “Ghara Satya brata” diilhami dari sebuah cerita tentang Jepara pada masa pemerintahan Sultan Hadlirin dengan Ratu Kalinyamat. Rasa ingin tahu tentang cerita Kalinyamat dengan berbagai peristiwa dalam kehidupannya berawal dari kalimat kiasan yang sering didengar yaitu “tapa...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Tugas Akhir |
Language: | Indonesian |
Published: |
FSP ISI Yogyakarta
2016
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=33432 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Ide garapan tari berjudul “Ghara Satya brata” diilhami dari sebuah cerita tentang Jepara pada masa pemerintahan Sultan Hadlirin dengan Ratu Kalinyamat. Rasa ingin tahu tentang cerita Kalinyamat dengan berbagai peristiwa dalam kehidupannya berawal dari kalimat kiasan yang sering didengar yaitu “tapa wuda sinjang rambut”. Kalimat kiasan ini menunjuk pada sosok Ratu Kalinyamat yang bertapa dengan melepas semua kemewahan duniawi. Hal tersebut menginspirasi untuk membuat karya koreografi yang dilatarbelakangi sejarah, cerita seorang Ratu Kalinyamat yang baik, bijaksana, mencintai suami, rakyat dan tanah airnya bahkan setelah menyelesaikan pertapaannya di Danareja ia menjadi pahlawan wanita demi melawan bangsa Portugis serta membawa Jepara pada puncak kejayaan. Karya tari yang diberi judul “Ghara Satyabrata” mengangkat tema tentang kesetiaan dan kecintaan seorang wanita. Pemilihan tema ini berdasarkan dari penggalan cerita Ratu Kalinyamat yang menceritakan tentang kesetiaan terhadap suaminya yang tidak dapat ditukar dengan kedudukannya sebagai Raja. Dilihat pada tekad dan sumpahnya tidak akan menggunakan atribut keratuan sebelum Arya Penangsang mati. Kecintaannya pada tanah air diwujudkan dengan membawa Jepara ke puncak kejayaannya. Karya tari “Ghara Satyabrata” disajikan dalam bentuk koreografi kelompok yang melibatkan tujuh orang penari putri dengan menggunakan rias wajah korektif, tata rias rambut menggunakan rambut sintetis (uren), busana dengan menggunakan bahan yang ringan dan nyaman digunakan. Tempat pentas dilaksanakan di proscenium stage Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Karya ini mengembangkan sikap-sikap tari Jawa khususnya Yogyakarta yang memiliki sifat karakteristik banyumili, dengan menggunakan iringan musik secara langsung atau live. Karya tari ini menggunakan bentuk dan cara ungkap tipe tari studi, dramatik, dramatari sedangkan mode penyajiannya menggunakan mode simbolik representasional. Ide gagasan yang digarap ke dalam bentuk koreografi kelompok ini lebih spesifik mengenai bagaimana memvisualisasikan karakteristik dari seorang Ratu Kalinyamat ke dalam bentuk karya tari. |
---|