Respons Goyang Sebagai Representasi Pembiasan Budaya: Studi Kasus pada Komunitas Temon Holic
Komunitas TH merupakan komunitas penggemar musik dangdut koplo yang secara tegas mendeklarasikan eksistensi dirinya bukan sekedar pendengar setia namun sebagai pecinta joget dengan iringan musik dangdut koplo. Fenomena TH menjadi sesuatu yang unik karena munculnya respons kinestetik yang dominan dan...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Tugas Akhir |
Language: | Indonesian |
Published: |
PPS ISI Yk.
2017
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=33988 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Komunitas TH merupakan komunitas penggemar musik dangdut koplo yang secara tegas mendeklarasikan eksistensi dirinya bukan sekedar pendengar setia namun sebagai pecinta joget dengan iringan musik dangdut koplo. Fenomena TH menjadi sesuatu yang unik karena munculnya respons kinestetik yang dominan dan menjalar hingga menjadi komunitas besar yang tidak terjadi pada musik era musik dangdut sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi mekanisme dari menguatnya respons gerak terhadap musik yang dominan. Melalui sudut pandang psikologi sosial musik, penelitian menajamkan analisisnya untuk melihat relasi antara elemen musik, pengaruh sosial dan repons yang muncul terhadap musik. Analisisnya secara khusus menggunakan teori utama terkait sensorium budaya dari Geurts yang didukung oleh konsep-konsep terkait sensasi musik (Feldman), dan konsep prototipikal (Martandile &Moore). Hasil penelitian menyebutkan bahwa mekanisme pembentukan respons gerak yang dominan difasilitasi melalui menguatnya daya provokatif kendangan koplo menstimulai respons gerak sebagai efek kepekaan budaya membiaskan unsur budaya asing bagi kelompoknya. Pembiasan ini mengakibatkan unsur musikal lokal yakni kendangan dan senggakan memperoleh perhatian yang lebih karena unsur tersebut telah terhabituasi didalam diri individu. Berlangsungnya proses sensasi yang bukan sekedar merasakan stimuli namun juga adanya usaha mengenali objek, memposisikan modal kognisi sebagai repons prototipikal menjadi berperan vital. Akibat kurangnya modal kognisi untuk mengenali dan menginterpretasikan stimuli musik, memicu ketidakmampuan menjangkau secara utuh kesemua elemen musik dan menyebabkan persepsi musik terbatas pada elemen-elemen yang mampu dicerna. |
---|