Komersialisasi Ritual Pa'bissu dalam ekspresi Budaya Populer : studi kasus nyanyian Mammemmang dalam ritual Pa'bissu di Kabupaten Bone

Nyanyian Mammemmang merupakan mantra yang dilafalkan oleh pemimpin ritual saat prosesi pemanggilan arwah nenek moyang Pa’bissu, nyanyian mantra ini dilafalkan sebelum Pa’bissu melakukan Sere Maggiri’. Dalam studi kasus ini, terdapat dua pemimpin ritual yang melafalkan nyanyian Mammemmang dengan vers...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: ICHSAN
Format: Tugas Akhir
Language:Indonesian
Published: PPS ISI Yogyakarta 2016
Subjects:
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=34692
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Nyanyian Mammemmang merupakan mantra yang dilafalkan oleh pemimpin ritual saat prosesi pemanggilan arwah nenek moyang Pa’bissu, nyanyian mantra ini dilafalkan sebelum Pa’bissu melakukan Sere Maggiri’. Dalam studi kasus ini, terdapat dua pemimpin ritual yang melafalkan nyanyian Mammemmang dengan versi berbeda secara struktur musikal. Kedua pemimpin ini masing-masing bernama (PM) dan (PS). Terkait nyanyian Mammemmang, (PM) dianggap telah keluar dari pakem ritual, sedangkan (PS) diklaim sebagai yang autentik. perbedaan versi nyanyian pemimpin ritual Pa’bissu kemudian dikaitkan dengan fenomena pergeseran fungsi ritual Pa’bissu ke media hiburan. Persoalan inilah yang kemudian menjadi kegelisahan dalam penelitian ini.Secara umum, terdapat tiga persoalan yang diidentifikasi dalam penelitian ini. Pertama, mengidentifikasi perbedaan gaya struktur musikal antara (PM) dan (PS). Kedua, mencari motif dibalik pembedaan versi nyanyian Mammmemmang yang dilakukan (PM). Ketiga, mencari perubahan terkait pergeseran praktek ritual Pa’bissu dari media ritual ke media hiburan. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bone, provinsi Sulawesi Selatan.Untuk membahas persoalan tersebut maka digunakan teori musik populer dari Theodore Adorno, digunakan pula konsep kebudayaan – seni dalam budaya populer dari Ben Agger, serta konsep komersialisasi dalam budaya massa dari Theodore Adorno yang digunakan untuk melihat praktek komersialiasi dalam ritual Pa’bissu di Kabupaten Bone.Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa (PM) melakukan pembedaan versi nyanyian Mammemmang dengan memasukkan idiom – idiom musik populer sebagai wujud konformitas terhadap pasar. Pembedaan versi nyanyian yang dilakukan (PM) dilatarbelakangi dua motif utama, yakni motif ekonomi dan motif eksistensi kepemimpinan. Motif ekonomi terkait persaingan pasar antara (PM) dan (PS), sedangkan motif eksistensi kepemimpinan terkait posisi struktural dalam kelompok Pa’bissu di Kabupaten Bone. Secara umum, proses standarisasi, komodifikasi, dan massifikasi merupakan bentuk komersialisasi yang terjadi dalam ritual Pa’bissu yang diindikasi oleh pergeseran dari upacara yang bersifat ritual ke aktivitas yang bersifat hiburan. Hal ini kemudian melahirkan ambivalensi kultural yang terjadi pada Pa’bissu, di satu sisi merupakan budaya tinggi sebagai legitimasi masyarakat suku Bugis, di sisi lain melakukan praktek budaya populer dalam bentuk praktek komersialisasi.