Transformasi pohon sebagai simbol spiritual religius dalam penciptaan seni rupa murni

Modernitas memiliki kerangka pemikiran dualisme dan oposisi pola biner yang keduanya menyebabkan non integral, rigid, dan tidak fleksibel yang selanjutnya melahirkan kecenderungan pemikiran patrilineal yang mengagungkan rasional hingga lebih lanjut menghasilkan pemikiran material-individualistik. Pa...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: PRAJITNO, Hari
Format: Tugas Akhir
Language:Indonesian
Published: PPS ISI Yogyakarta 2016
Subjects:
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=34870
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Modernitas memiliki kerangka pemikiran dualisme dan oposisi pola biner yang keduanya menyebabkan non integral, rigid, dan tidak fleksibel yang selanjutnya melahirkan kecenderungan pemikiran patrilineal yang mengagungkan rasional hingga lebih lanjut menghasilkan pemikiran material-individualistik. Padahal sejak dulu kita justru telah memiliki pemikiran tiada pemisahan antara buruk-baik, jiwa-raga yang melahirkan semangat spititual-religius. Untuk mengembalikan semangat ketimuran di dalam penciptaan karya seni, maka di sini saya menggunakan transformasi pohon yang menyimbolkan spiritual-religius; bahwa pohon, bukan hanya dipisahkan menjadi dua bagian "batang ke bawah" atau hanya "batang ke atas" saja, tetapi pohon akan menjadi pola dua yang sinergis, pola tiga yang integral, dan pola empat, sebagai siklus. Kesalingterkaitan rasio-rasa-iman, Loro lorone atunggil yang membentuk kehadiran terus menerus menjadi tegangan yang menghadirkan saling melengkapi satu sama lain. Wujud harmoni seni bagi saya adalah paradoks seperti ketenangan yang dinamis, tidak berbeda seperti di dalam kehidupan yang terombang-ambing di antara dua kutub yang berbeda; antara kesedihan dan kebahagiaan, harapan dan kekhawatiran, rasa bahagia dan putus asa yang bersinergi, terintegral yang pada gilirannya mengarah menjadi keberlangsungan terus menerus di dalam kehidupan sebagai makna simbolis spiritual-religius dalam ruang estetik.