Kemampuan Cengkok Sindhen Lintas Genre Dan Gaya Pop Sebagai Faktor Pendukung Industri Hiburan
Penelitian ini mengkaji mengenai munculnya sindhen di acara-acara televisi dan dunia maya dengan tampilan yang berbeda. Perbedaan tampilan ini mengacu pada sajian lagu-lagu pop yang berbeda dari sindhen pada umumnya. Hipotesis terkait dengan perubahan tampilan berupa lagu lintas genre tersebut, bahw...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Tugas Akhir |
Language: | Indonesian |
Published: |
PPS ISI Yk.
2017
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=35271 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Penelitian ini mengkaji mengenai munculnya sindhen di acara-acara televisi dan dunia maya dengan tampilan yang berbeda. Perbedaan tampilan ini mengacu pada sajian lagu-lagu pop yang berbeda dari sindhen pada umumnya. Hipotesis terkait dengan perubahan tampilan berupa lagu lintas genre tersebut, bahwasanya para sindhen mempunyai tujuan utama eksistensi yang berdampak pada penghasilan finansial. Penggunaan kata “sindhen” sebagai label industri akan merubah makna sindhen yang sesungguhnya. Penelitian ini mengambil sampel sindhen yang terjun ke musik lintas genre. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini fokus pada tiga masalah yaitu: pertama: Faktor yang mempengaruhi seorang sindhen mampu bernyanyi dalam lintas genre, kedua: penyebab adanya sebagian sindhen yang tidak mampu bernyanyi dalam lintas genre, dan yang ketiga: upaya yang dilakukan sindhen untuk bisa bernyanyi sekaligus menyindhen dengan baik. Konsep budaya populer dari Theodor W. Adorno dan musik populer digunakan dalam penelitian ini. Selanjutnya konsep lingkungan sosial dari Hargreavest dan metode pembelajaran aural Djohan digunakan sebagai konsep tambahan dalam penelitian ini. Hasil penelitian adalah ekonomi merupakan aspek kuat yang melatarbelakangi kemauan untuk menjadi sindhen lintas genre. Dikotomi status sosial dalam masyarakat bahwa memegang erat posisi seni tinggi dan seni rendah. Hal tersebut menjadikan seseorang merasa mempunyai beban kultural sehingga membatasi kebebasan ekspresi dalam dirinya. Serta menjaga kualitas dengan latihan. |
---|