"Jogja Ora Didol" Reprresentasi Perlawanan Masyarakat Yogyakarta Studi Kasus Grup Musik Jogja Hip Hop Foundation

Sejak awal 2013 silam, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia, mulai riuh dengan berbagai pergolakan sosial. Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang mengundang respon-respon kritis dari masyarakat akar rumput-nya sendiri. Masyarakat Yogyakarta, yang terhi...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: USADA, Farit
Format: Tugas Akhir
Language:Indonesian
Published: FSP ISI Yogyakarta 2015
Subjects:
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=35387
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Sejak awal 2013 silam, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia, mulai riuh dengan berbagai pergolakan sosial. Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang mengundang respon-respon kritis dari masyarakat akar rumput-nya sendiri. Masyarakat Yogyakarta, yang terhimpun dalam istilah Warga Berdaya (terdiri dari komunitas seniman, sepeda, heritage [pengarsipan], street art, dan lain sebagainya) berbondong-bondong melakukan berbagai aksi kritis, diantaranya ialah merthi kutho 1 dan merthi kutho 2, Festival Mencari Haryadi, serta gerakan Jogja Ora Didol. Gerakan-gerakan tersebut dilandaskan pada rasa kecewa masyarakat atas ketidaknyamanan Yogyakarta yang dirasa mulai direnggut oleh kapitalisme besarbesaran yang terjadi di kota tersebut, seperti halnya pembangunan hotel dan mall besar yang disinyalir mengambil hak-hak persediaan air sumur masyarakat. Jogja Hip Hop Foundation, sebagai salah satu kelompok musik yang terlahir di Yogyakarta pun terlihat turut andil dalam aksi tersebut. Dengan sengaja, bahkan Jogja Hip Hop Foundation menggubah lagu berjudul “Jogja Ora Didol” (Re: Jogja Tidak Dijual) sama persis dengan taqline gerakan Jogja Ora Didol yang kian memanas di kala itu. Latar sosial masyarakat Yogyakarta yang berkaitan erat dengan kepopuleran lagu “Jogja Ora Didol” tersebut menjadi sebuah permasalahan menarik untuk dikaji guna membuktikan sejauh mana karya musik dapat menjadi sebuah bentuk representasi terhadap kondisi sosial budaya masyarakat. Dengan berlandaskan pada pola berpikir semacam itu dirumuskanlah proses penelitian kali ini, yang mana dilakukan dalam berbagai tahapan, diantaranya ialah pencarian data-data terkait subjek (Jogja Hip Hop Foundation), pendeskripsian kondisi sosial masyarakat terkait, serta analisa musik. Ketiga hal utama tersebut dilakukan dalam bingkai Etnomusikologi, yakni sebagai sebuah bentuk kajian atas fenomena musik dalam masyarakat. Hasil akhir dari penelitian ini ialah mendeskripsikan secara mendetail pemaparan mengenai karya “Jogja Ora Didol” sebagai bentuk representasi perlawanan Masyarakat Yogyakarta.