Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pasar Terapung Berbasis Kearifan Lokal Di Kota Banjarmasin
Banjarmasin dalam dunia kepariwisataan di Indonesia terkenal dengan kotaseribu sungai. Sebagai salah satu daerah di Indonesia yang memiliki aliran sungaiterbanyak membuat Banjarmasin juga dikenal sebagai kota dengan daya tarik Pasarterapungnya. Di Kota Banjarmasin, Pasar terapung yang dikenal luas o...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Tugas Akhir |
Language: | Indonesian |
Published: |
PPS ISI Yk.
2017
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=35431 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
id |
isilib-35431 |
---|---|
record_format |
oai_dc |
spelling |
isilib-354312017-11-30T13:32:05Z Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pasar Terapung Berbasis Kearifan Lokal Di Kota Banjarmasin SUGIANTI, Desy pengelolaan Pasar terapung Tata Kelola Seni PPS ISI Yk. 2017 id Tugas Akhir http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=35431 TES/MTS/Sug/s/2017 Banjarmasin dalam dunia kepariwisataan di Indonesia terkenal dengan kotaseribu sungai. Sebagai salah satu daerah di Indonesia yang memiliki aliran sungaiterbanyak membuat Banjarmasin juga dikenal sebagai kota dengan daya tarik Pasarterapungnya. Di Kota Banjarmasin, Pasar terapung yang dikenal luas oleh masyarakatdan sempat menjadi tema dari jargon salah satu televisi swasta di Indoensia adalahkeberadaan Pasar terapung Kuin. Seiring perkembangan jaman, kondisi Pasarterapung Kuin saat ini mengalami kemunduran perkembangan. Banyak media baikonline maupun surat kabar terbitan memberitakan tentang sepinya pembeli danmenurunnya jumlah pedagang yang berjualan di Pasar terapung Kuin. Hal tersebutdikonfirmasi pula oleh beberapa pedagang yang tetap berjualan di Kuin. Melihat daripermasalahan tersebut kemudian pemerintah setempat melakukan tindakan gunamenghidupkan kembali budaya sungai yang melekat erat sebagai image KotaBanjarmasin dengan membangun Pasar terapung yang berada tepat berseberangandengan titik 0km Kota Banjarmasin serta beberapa atraksi wisata lain disekitar Pasarterapung tersebut. Namun sejak kehadiran Pasar terapung Siring, jumlah kunjunganyang didata oleh pengelola menunjukan adanya kesenjangan angka. Dimana Pasarterapung Siring mampu mendatangkan tamu dengan angka mencapai 56.000ansementara kawasan Pasar terapung Kuin hanya mampu menempati angkat tertinggidalam 1 tahun sebesar 3000an pengunjung.Maka berdasarkan paparan tersebut dalam penelitian ini dilakukan pendekatandengan metode penelitian trianggulasi, menggunakan analisis kualitatif deskriftif dananalisis SWOT yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengelolaan kawasan Pasarterapung Kuin dan Siring untuk kemudian memformulasi strategi pengembangankawasan Pasar terapung di Banjarmasin. Dalam temuan penelitian berdasarkan hasilanalisis kualitatif yang dilakukan, ditemukan bahwa; sistem pengelolaan terhadapPasar terapung Kuin dan Siring memiliki perbedaan yaitu; infrastruktur yangdikembangkan lebih banyak dilakukan di Siring, peran serta masyarakat yang terlibatdalam mengelola kepariwisataan Pasar terapung juga lebih terorganisisr di Siring.Sementara untuk kawasan Kuin belum adanya organisasi atau asosiasi resmi yangdibentuk oleh warga sekitar guna menjalankan program pengelolaan danpengembangan kawasan dalam usaha untuk menghidupkan kembali budaya sungai diBanjarmasin. Arahan strategi berdasarkan analisis SWOT adalah; kawasan wisatapasar terapung di Banjarmasin idelanya memiliki strategi dalam hal penambahanproduk, pasar dan fungsi-fungsi kawasan serta melakukan pemanfaatan kekuatan danpeluang yang dimiliki. Strategi pengembangan terhadap kawasan Pasar terapung diBanjarmasin mampu dikembangkan dan dapat menjalankan strategi yang bersifatofensif. Yogyakarta xii, 221 hal.: ilus.; 30 cm. NONE http://opac.isi.ac.id//images/default/image.png |
institution |
Institut Seni Indonesia Yogyakarta |
collection |
Perpustakaan Yogyakarta |
language |
Indonesian |
topic |
pengelolaan Pasar terapung Tata Kelola Seni NONE |
spellingShingle |
pengelolaan Pasar terapung Tata Kelola Seni NONE SUGIANTI, Desy Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pasar Terapung Berbasis Kearifan Lokal Di Kota Banjarmasin |
description |
Banjarmasin dalam dunia kepariwisataan di Indonesia terkenal dengan kotaseribu sungai. Sebagai salah satu daerah di Indonesia yang memiliki aliran sungaiterbanyak membuat Banjarmasin juga dikenal sebagai kota dengan daya tarik Pasarterapungnya. Di Kota Banjarmasin, Pasar terapung yang dikenal luas oleh masyarakatdan sempat menjadi tema dari jargon salah satu televisi swasta di Indoensia adalahkeberadaan Pasar terapung Kuin. Seiring perkembangan jaman, kondisi Pasarterapung Kuin saat ini mengalami kemunduran perkembangan. Banyak media baikonline maupun surat kabar terbitan memberitakan tentang sepinya pembeli danmenurunnya jumlah pedagang yang berjualan di Pasar terapung Kuin. Hal tersebutdikonfirmasi pula oleh beberapa pedagang yang tetap berjualan di Kuin. Melihat daripermasalahan tersebut kemudian pemerintah setempat melakukan tindakan gunamenghidupkan kembali budaya sungai yang melekat erat sebagai image KotaBanjarmasin dengan membangun Pasar terapung yang berada tepat berseberangandengan titik 0km Kota Banjarmasin serta beberapa atraksi wisata lain disekitar Pasarterapung tersebut. Namun sejak kehadiran Pasar terapung Siring, jumlah kunjunganyang didata oleh pengelola menunjukan adanya kesenjangan angka. Dimana Pasarterapung Siring mampu mendatangkan tamu dengan angka mencapai 56.000ansementara kawasan Pasar terapung Kuin hanya mampu menempati angkat tertinggidalam 1 tahun sebesar 3000an pengunjung.Maka berdasarkan paparan tersebut dalam penelitian ini dilakukan pendekatandengan metode penelitian trianggulasi, menggunakan analisis kualitatif deskriftif dananalisis SWOT yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengelolaan kawasan Pasarterapung Kuin dan Siring untuk kemudian memformulasi strategi pengembangankawasan Pasar terapung di Banjarmasin. Dalam temuan penelitian berdasarkan hasilanalisis kualitatif yang dilakukan, ditemukan bahwa; sistem pengelolaan terhadapPasar terapung Kuin dan Siring memiliki perbedaan yaitu; infrastruktur yangdikembangkan lebih banyak dilakukan di Siring, peran serta masyarakat yang terlibatdalam mengelola kepariwisataan Pasar terapung juga lebih terorganisisr di Siring.Sementara untuk kawasan Kuin belum adanya organisasi atau asosiasi resmi yangdibentuk oleh warga sekitar guna menjalankan program pengelolaan danpengembangan kawasan dalam usaha untuk menghidupkan kembali budaya sungai diBanjarmasin. Arahan strategi berdasarkan analisis SWOT adalah; kawasan wisatapasar terapung di Banjarmasin idelanya memiliki strategi dalam hal penambahanproduk, pasar dan fungsi-fungsi kawasan serta melakukan pemanfaatan kekuatan danpeluang yang dimiliki. Strategi pengembangan terhadap kawasan Pasar terapung diBanjarmasin mampu dikembangkan dan dapat menjalankan strategi yang bersifatofensif. |
format |
Tugas Akhir |
author |
SUGIANTI, Desy |
author_facet |
SUGIANTI, Desy |
author_sort |
SUGIANTI, Desy |
title |
Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pasar Terapung Berbasis Kearifan Lokal Di Kota Banjarmasin |
title_short |
Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pasar Terapung Berbasis Kearifan Lokal Di Kota Banjarmasin |
title_full |
Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pasar Terapung Berbasis Kearifan Lokal Di Kota Banjarmasin |
title_fullStr |
Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pasar Terapung Berbasis Kearifan Lokal Di Kota Banjarmasin |
title_full_unstemmed |
Strategi Pengembangan Kawasan Wisata Pasar Terapung Berbasis Kearifan Lokal Di Kota Banjarmasin |
title_sort |
strategi pengembangan kawasan wisata pasar terapung berbasis kearifan lokal di kota banjarmasin |
publisher |
PPS ISI Yk. |
publishDate |
2017 |
url |
http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=35431 |
_version_ |
1741200328690237440 |