Makna Lakon "Alap-Alapan Sukesi" Sebuah analisis hermeneutik

Penelitian ini bertujuan menafsirkan makna lakon “Alap-alapan Sukési” yang memiliki peranan penting dalam kehidupan spiritual masyarakan Jawa yaitu dengan keberadaan Sastra Jéndra Hayuningrat Pangruwating Diyu yang kontroversial. Penelitian ini dilakukan dengan pembacaan lakon “Alap-alapan Sukési” s...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: WICAKSONO, Andi
Format: Partitur/Praktek Musik
Language:Indonesian
Published: PPS ISI Yogyakarta 2016
Subjects:
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=35440
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Penelitian ini bertujuan menafsirkan makna lakon “Alap-alapan Sukési” yang memiliki peranan penting dalam kehidupan spiritual masyarakan Jawa yaitu dengan keberadaan Sastra Jéndra Hayuningrat Pangruwating Diyu yang kontroversial. Penelitian ini dilakukan dengan pembacaan lakon “Alap-alapan Sukési” sajian Ki Nartosabdo secara tekstual menggunakan teori hermeneutik Paul Ricoeur yang menekankan aspek terminologi sebagai simbol. Dalam penafsiran, aspek terminologi dikaitkan dengan fenomena lain yang ada di dalam teks meliputi tokoh, dialog, narasi dan peristiwa beserta konsep jagad wayang, serta fenomena lain diluar teks yaitu konsep pandangan masyarakat Jawa atas wayang sebagai jagad pikir orang Jawa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna lakon berbeda dengan makna yang dipahami ketika melihat peristiwa yang disajikan. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa keberadaan Resi Wisrawa sebagai perwujudan Siwa, Sastra Jéndra Hayuningrat Pangruwating Diyu dipahami sebagai saṅ strī ja indra hayuné ing rat pangruwaté ing diyu yang di dalamnya terdapat konsep lingga-yoni. Peristiwa-peristiwa dalam teks lakon menunjukkan keberadaan peristiwa inisiasi dengan keberadaan Siwa-Durga sebagai Isthadewatanya, sehingga disimpulkan bahwa lakon “Alap-alapan Sukési” merupakan ritual pemujaan kepada Siwa-Durga.Kata Kunci : makna, terminologi, lingga-yoni, Siwa-Durga