Perayaan Parodi Visual Karakteristik Serdadu Knil Andjing Nica
Penelitian ini mengkaji fenomena penggunaan karakteristik visual serdadu KNIL Andjing NICA dalam rupa reenactor (sebutan untuk orang yang memakai kostum militer pada aktifitas reenactment) yang muncul 5 tahun belakangan ini di Indonesia. Karakteristik visual itu diwujudkan dalam berbagai aktifitas s...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Tugas Akhir |
Language: | Indonesian |
Published: |
PPS ISI Yk.
2017
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=35459 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Penelitian ini mengkaji fenomena penggunaan karakteristik visual serdadu KNIL Andjing NICA dalam rupa reenactor (sebutan untuk orang yang memakai kostum militer pada aktifitas reenactment) yang muncul 5 tahun belakangan ini di Indonesia. Karakteristik visual itu diwujudkan dalam berbagai aktifitas sosial yang pada penelitian ini dikategorisasikan kedalam dua panggung, yakni “Panggung Depan” dan “Panggung Belakang”. “Panggung Depan” terkait tampilan karakteristik visual serdadu KNIL Andjing NICA, sedangkan “Panggung Belakang” berhubungan dengan kondisi latar belakang psikologis individu yang menunjang tampilan karakteristik visual. Menggunakan teori poskolonial yang beroperasi dengan bentuk hibrid, mimikri-mokeri dan ambivalensi serta cara pandang budaya visual sebagai objek formalnya menjadikan kedua panggung (Panggung Depan dan Panggung Belakang) itu menjadi perayaan karakteristik visual masyarakat poskolonial kontemporer. Hibriditas, mimikri dan ambivalensi sebagai dekonstruksi cara pandang sosio historis pada karakter serdadu KNIL Andjing NICA yang menjadi lucu dan bermakna ironis, bukan lagi karakter musuh yang menakutkan. Serdadu KNIL Andjing NICA pada masa kini menjadi eforia “perayaan figur-figur superioritas” yang dalam penelitian ini dimaknai sebagai bagian dari fenomena kompleks inferioritas dan ungkapan ekspresi rasa rendah diri. Suatu karakter khas budaya poskolonial yang melekat di Indonesia sebagai negara bekas kolonial. Serdadu KNIL Andjing NICA menjadi perwujudan karakteristik superior sekaligus juga olok-olok dari wujud “sang hamba” yang hendak menjadi “sang tuan”. Oleh karenanya ini menjadi ungkapan suatu parodi. Menggunakan cara pandang metodologi visual Gillian Rose (2011) namun menitikberatkan pada aspek the site image itself yang beroperasi pada tataran the site of production dan the site of audiencing. Pencarian data dilakukan menggunakan cara wawancara dan observasi pada kelompok reenactor serdadu KNIL Andjing NICA di kota Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Bojonegoro, Bandung, dan Jakarta. Menggunakan unit analisis semiotika model Barthesian sebagai upaya memudahkan pemaparan analisis konteks dan kontekstualitas pada teks objek material penelitian. |
---|