Kekuasaan zaman edan : Derajat negara tampak sunya-ruri
"Kekuasaan dimitoskan sebagai zat kudus, yang suci dan sakral sebagai berkas-berkas cahaya kekuatan Illahi sang penyelenggara makhluk (kang murbeng dumadi). Oleh karena itu, kekuasaan dipandang sebagai daya kosmis, semacam zat yang tunduk terhadap hukum kekekalan massa. Dari satu masa ke masa,...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Buku Teks |
Language: | Indonesian |
Published: |
pararaton
2010
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=35925 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
id |
isilib-35925 |
---|---|
record_format |
oai_dc |
spelling |
isilib-359252018-04-16T13:15:17Z Kekuasaan zaman edan : Derajat negara tampak sunya-ruri SANTOSA, Puji Sastra indonesia, politik pararaton 2010 id Buku Teks http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=35925 978-979-185-167-1 899.221 San k "Kekuasaan dimitoskan sebagai zat kudus, yang suci dan sakral sebagai berkas-berkas cahaya kekuatan Illahi sang penyelenggara makhluk (kang murbeng dumadi). Oleh karena itu, kekuasaan dipandang sebagai daya kosmis, semacam zat yang tunduk terhadap hukum kekekalan massa. Dari satu masa ke masa, dari zaman ke zaman, dan dari satu dinasti ke dinasti lainnya jumlah total massa zat kekuasaan itu tidak pernah bertambah atau berkurang. Zat kekuasaan hanya berubah bentuk. Ibarat es jadi air, air jadi uap, dan uap jadi embun, dan embun menggumpal menjadi awan hingga turun sebagai hujan. Apabila zat kekuasaan itu mengkristal pada diri seorang tumenggung, bupati, menteri, dan ke raja lain, maka sangat berkuranglah bobot kekuasaan raja tersebut. Akibatnya, timbullah kekacauan dalam negeri, terdapatnya pemberontakan, mewabahnya pageblug atau penyakit di mana-mana, bencana nasional seperti kebakaran hutan, lahan dan pekarangan, krisis moneter, krisis kepercayaan, bencana asap, gunung meletus, gempa bumi, hujan badai, banjir bandang, gelombang rob atau tsunami, pembantaian antaretnis, pembakaran dan penjarahan, pemerkosaan masal, dan kebejatan moral, yang disebut sebagai zaman edan.Adalah pujangga besar R.Ng. Ranggawarsita (1802—1873) yang mampu meramalkan hadirnya kekuasaan zaman edan sehingga mengakibatkan derajat negera tampak sunya-ruri (suwung, sepi, suram), karena negara demikian kacau-balau, karut-marut, undang-undangnya tidak dihargai, rakyat semakin rakus dan loba, banyak berita bohong yang sulit dipercaya, banyak orang munafik, penuh fitnahan, tipu muslihat, banyak pejabat yang menanam benih-benih kesalahan, teledoran, alpa, banyak orang yang berjiwa baik, cerdas, dan bijaksana, justru kalah dengan mereka yang culas, kerdil, dan jahat. Terjadi banyak peristiwa keanehan, tidak masuk akal, banyak orang yang stres dan putu asa, atau tidak bernalar sehingga serba sulit untuk bertindak. Keadaan seperti itu menyebabkan orang-orang menjadi gila, edan, atau tidak ada yang waras. Rumah-rumah sakit jiwa dipenuhi dengan pasien yang menderita gangguan jiwanya. Catur bangsa (brahmana, ksatria, waisya, sudra) sudah rusak karena tidak menetapi darma masing-masing.Di tengah kekacauan kekuasaan zaman edan itu hadirlah 6 ksatria piningit (Sasangka, Sarjana, Sujana, Sudibya, Wijaya, dan Suteja) sebagai Ratu Adil, Imam Mahdi, Mesias, Juru Selamat, yang mengembalikan derajat negara, menyelamatkan bangsa dan rakyat, mencapai peradaban dunia yang berwibawa dan bermartabat. " Yogyakarta http://opac.isi.ac.id//lib/minigalnano/createthumb.php?filename=../../images/docs/AT.02.04.2018.jpg.jpg&width=200 xi, 372 hal. ; 21 cm 899.221 http://opac.isi.ac.id//lib/minigalnano/createthumb.php?filename=../../images/docs/AT.02.04.2018.jpg.jpg&width=200 |
institution |
Institut Seni Indonesia Yogyakarta |
collection |
Perpustakaan Yogyakarta |
language |
Indonesian |
topic |
Sastra indonesia, politik 899.221 |
spellingShingle |
Sastra indonesia, politik 899.221 SANTOSA, Puji Kekuasaan zaman edan : Derajat negara tampak sunya-ruri |
description |
"Kekuasaan dimitoskan sebagai zat kudus, yang suci dan sakral sebagai berkas-berkas cahaya kekuatan Illahi sang penyelenggara makhluk (kang murbeng dumadi). Oleh karena itu, kekuasaan dipandang sebagai daya kosmis, semacam zat yang tunduk terhadap hukum kekekalan massa. Dari satu masa ke masa, dari zaman ke zaman, dan dari satu dinasti ke dinasti lainnya jumlah total massa zat kekuasaan itu tidak pernah bertambah atau berkurang. Zat kekuasaan hanya berubah bentuk. Ibarat es jadi air, air jadi uap, dan uap jadi embun, dan embun menggumpal menjadi awan hingga turun sebagai hujan. Apabila zat kekuasaan itu mengkristal pada diri seorang tumenggung, bupati, menteri, dan ke raja lain, maka sangat berkuranglah bobot kekuasaan raja tersebut. Akibatnya, timbullah kekacauan dalam negeri, terdapatnya pemberontakan, mewabahnya pageblug atau penyakit di mana-mana, bencana nasional seperti kebakaran hutan, lahan dan pekarangan, krisis moneter, krisis kepercayaan, bencana asap, gunung meletus, gempa bumi, hujan badai, banjir bandang, gelombang rob atau tsunami, pembantaian antaretnis, pembakaran dan penjarahan, pemerkosaan masal, dan kebejatan moral, yang disebut sebagai zaman edan.Adalah pujangga besar R.Ng. Ranggawarsita (1802—1873) yang mampu meramalkan hadirnya kekuasaan zaman edan sehingga mengakibatkan derajat negera tampak sunya-ruri (suwung, sepi, suram), karena negara demikian kacau-balau, karut-marut, undang-undangnya tidak dihargai, rakyat semakin rakus dan loba, banyak berita bohong yang sulit dipercaya, banyak orang munafik, penuh fitnahan, tipu muslihat, banyak pejabat yang menanam benih-benih kesalahan, teledoran, alpa, banyak orang yang berjiwa baik, cerdas, dan bijaksana, justru kalah dengan mereka yang culas, kerdil, dan jahat. Terjadi banyak peristiwa keanehan, tidak masuk akal, banyak orang yang stres dan putu asa, atau tidak bernalar sehingga serba sulit untuk bertindak. Keadaan seperti itu menyebabkan orang-orang menjadi gila, edan, atau tidak ada yang waras. Rumah-rumah sakit jiwa dipenuhi dengan pasien yang menderita gangguan jiwanya. Catur bangsa (brahmana, ksatria, waisya, sudra) sudah rusak karena tidak menetapi darma masing-masing.Di tengah kekacauan kekuasaan zaman edan itu hadirlah 6 ksatria piningit (Sasangka, Sarjana, Sujana, Sudibya, Wijaya, dan Suteja) sebagai Ratu Adil, Imam Mahdi, Mesias, Juru Selamat, yang mengembalikan derajat negara, menyelamatkan bangsa dan rakyat, mencapai peradaban dunia yang berwibawa dan bermartabat. " |
format |
Buku Teks |
author |
SANTOSA, Puji |
author_facet |
SANTOSA, Puji |
author_sort |
SANTOSA, Puji |
title |
Kekuasaan zaman edan : Derajat negara tampak sunya-ruri |
title_short |
Kekuasaan zaman edan : Derajat negara tampak sunya-ruri |
title_full |
Kekuasaan zaman edan : Derajat negara tampak sunya-ruri |
title_fullStr |
Kekuasaan zaman edan : Derajat negara tampak sunya-ruri |
title_full_unstemmed |
Kekuasaan zaman edan : Derajat negara tampak sunya-ruri |
title_sort |
kekuasaan zaman edan : derajat negara tampak sunya-ruri |
publisher |
pararaton |
publishDate |
2010 |
url |
http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=35925 |
callnumber-raw |
http://opac.isi.ac.id//lib/minigalnano/createthumb.php?filename=../../images/docs/AT.02.04.2018.jpg.jpg&width=200 |
callnumber-search |
http://opac.isi.ac.id//lib/minigalnano/createthumb.php?filename=../../images/docs/AT.02.04.2018.jpg.jpg&width=200 |
_version_ |
1741200423383990272 |