Bulangekh
Ide gagasan yang mengawali terciptanya karya ini didasari dengan ketertarikan penata pada sebuah tradisi ritual penyucian diri yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Lampung di daerah Negeri Olok Gading, yaitu belangir atau belimau. Tradisi ritual belangir atau belimau merupakan tradisi yang dilaks...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Tugas Akhir |
Language: | Indonesian |
Published: |
Jur. Tari FSP ISI Yk
2018
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=36483 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
id |
isilib-36483 |
---|---|
record_format |
oai_dc |
spelling |
isilib-364832018-08-06T10:37:10Z Bulangekh SARI, Desak Ketut Yunika bulangekh penyucian diri belangir Jur. Tari FSP ISI Yk 2018 id Tugas Akhir http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=36483 ST.PCT/Sar/b/2018 Ide gagasan yang mengawali terciptanya karya ini didasari dengan ketertarikan penata pada sebuah tradisi ritual penyucian diri yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Lampung di daerah Negeri Olok Gading, yaitu belangir atau belimau. Tradisi ritual belangir atau belimau merupakan tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat kelurahan Negeri Olok Gading dan diadakan setahun sekali, tepatnya sebelum memasuki bulan Ramadhan atau bulan suci umat Islam. Asal kata belangiran berasal dari kata langir yang berarti menyucikan (mandi suci) atau membersihkan diri dari hal – hal negatif. Judul karya yang dikemas dalam koreografi kelompok ini adalah bulangekh yang bahasa Lampung berarti pengobatan atau pembersihan diri. Penata tertarik dengan esensi penyucian diri yang ada dalam tradisi tersebut dan juga tertarik akan kegiatan suka cita mempersiapkan rangkaian proses dalam pelaksanaan tradisi belangir, diantaranya kumpul adat yang dipimpin oleh kepala adat, mengumpulkan 7 mata air dan beberapa persyaratan untuk belangir atau belimau oleh bujang (mengkhanai) dan gadis (muli) hingga sampai pada prosesi terakhir, menggarak segala persyaratan tersebut menuju tempat dilaksanakan prosesi belangir. Karya ini menggunakan empat penari wanita dan 3 penari pria dengan adanya penambahan tokoh muli putri atau dewi air pada siluet di awal adegan sebagai suatu penghormatan kepada leluhur dan kepercayaan yang dahulunya masyarakat setempat menganut ajaran Hindu-Bairawa. Gerak yang digunakan dalam karya ini berpijak pada gerak-gerak tari tradisi Lampung yang dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan penata dengan tipe tari dramatik. Harapannya dalam karya ini, dapat memperkenalkan kepada penonton tentang salah satu tradisi masyarakat Lampung yang hampir punah dan mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri. Yogyakarta xv, 115 hal.: ilus.: lamp.; 30 cm NONE http://opac.isi.ac.id//images/default/image.png |
institution |
Institut Seni Indonesia Yogyakarta |
collection |
Perpustakaan Yogyakarta |
language |
Indonesian |
topic |
bulangekh penyucian diri belangir NONE |
spellingShingle |
bulangekh penyucian diri belangir NONE SARI, Desak Ketut Yunika Bulangekh |
description |
Ide gagasan yang mengawali terciptanya karya ini didasari dengan ketertarikan penata pada sebuah tradisi ritual penyucian diri yang masih dilaksanakan oleh masyarakat Lampung di daerah Negeri Olok Gading, yaitu belangir atau belimau. Tradisi ritual belangir atau belimau merupakan tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat kelurahan Negeri Olok Gading dan diadakan setahun sekali, tepatnya sebelum memasuki bulan Ramadhan atau bulan suci umat Islam. Asal kata belangiran berasal dari kata langir yang berarti menyucikan (mandi suci) atau membersihkan diri dari hal – hal negatif. Judul karya yang dikemas dalam koreografi kelompok ini adalah bulangekh yang bahasa Lampung berarti pengobatan atau pembersihan diri. Penata tertarik dengan esensi penyucian diri yang ada dalam tradisi tersebut dan juga tertarik akan kegiatan suka cita mempersiapkan rangkaian proses dalam pelaksanaan tradisi belangir, diantaranya kumpul adat yang dipimpin oleh kepala adat, mengumpulkan 7 mata air dan beberapa persyaratan untuk belangir atau belimau oleh bujang (mengkhanai) dan gadis (muli) hingga sampai pada prosesi terakhir, menggarak segala persyaratan tersebut menuju tempat dilaksanakan prosesi belangir. Karya ini menggunakan empat penari wanita dan 3 penari pria dengan adanya penambahan tokoh muli putri atau dewi air pada siluet di awal adegan sebagai suatu penghormatan kepada leluhur dan kepercayaan yang dahulunya masyarakat setempat menganut ajaran Hindu-Bairawa. Gerak yang digunakan dalam karya ini berpijak pada gerak-gerak tari tradisi Lampung yang dikembangkan dan disesuaikan dengan kebutuhan penata dengan tipe tari dramatik. Harapannya dalam karya ini, dapat memperkenalkan kepada penonton tentang salah satu tradisi masyarakat Lampung yang hampir punah dan mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri. |
format |
Tugas Akhir |
author |
SARI, Desak Ketut Yunika |
author_facet |
SARI, Desak Ketut Yunika |
author_sort |
SARI, Desak Ketut Yunika |
title |
Bulangekh |
title_short |
Bulangekh |
title_full |
Bulangekh |
title_fullStr |
Bulangekh |
title_full_unstemmed |
Bulangekh |
title_sort |
bulangekh |
publisher |
Jur. Tari FSP ISI Yk |
publishDate |
2018 |
url |
http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=36483 |
_version_ |
1741200528862347264 |