Pengembangan Bentuk Penyajian Tari Parangmaya Karya Hasan Basri Bersama Komunitas Sanggar Seni Budaya Telabang

Tari Parangmaya merupakan tari kreasi yang diciptakan oleh Hasan Basri bersama Komunitas Sanggar Seni Budaya Telabang pada tahun 1985. Parangmaya merupakan jenis ilmu tenung (santet) yang berasal dari kebudayaan suku Dayak Benuaq. Suku Dayak Benuaq terdapat di kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: RIMAYANI, Karina Nur
Format: Tugas Akhir
Language:Indonesian
Published: FSP ISI Yk. 2018
Subjects:
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=36878
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Tari Parangmaya merupakan tari kreasi yang diciptakan oleh Hasan Basri bersama Komunitas Sanggar Seni Budaya Telabang pada tahun 1985. Parangmaya merupakan jenis ilmu tenung (santet) yang berasal dari kebudayaan suku Dayak Benuaq. Suku Dayak Benuaq terdapat di kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Hasan Basri (almarhum) sebagai koreografer, memiliki ide kreatif untuk dapat melestarikan kesenian suku Dayak, Hasan tertarik pada ilmu hitam Parangmaya untuk digarap menjadi sebuah sajian tari. Pada tahun 1990, tari Parangmaya mengalami perubahan pada bentuk penyajian tarinya, berkaitan dengan keberlanjutan cerita yang diekspresikan. Penonton merupakan faktor utama dilakukannya pengembangan bentuk penyajian tari Parangmaya. Penonton beranggapan bahwa akhir kisah tari Parangmaya versi pertama merupakan akhir kisah yang tragis. Dengan mempertimbangkan pendapat penonton, Hasan bersama Komunitas Sanggar Seni Budaya Telabang melakukan pengembangan bentuk penyajian pada tari Parangmaya. Penelitian ini bermaksud melihat pengembangan bentuk yang terjadi dari tari Parangmaya versi pertama menjadi tari Parangmaya versi kedua. Pendekatan koreografis digunakan untuk melakukan kajian terhadap sebuah teks koreografi tari Parangmaya untuk mengungkap pengembangan apa saja yang terjadi pada tari Parangmaya versi kedua. Pada tari Parangmaya versi pertama dan tari Parangmaya versi kedua terdapat perbedaan yang signifikan. Perubahan cukup signifikan yang ada pada bentuk penyajian tari Parangmaya versi kedua menjadikan daya tarik bagi penontonnya. Proses pengembangan yang dihasilkan oleh Hasan, dalam bentuk tari Parangmaya versi kedua tersebut, nampaknya sesuai atau senada dengan teori perkembangan yang dikemukakan Edi Sedyawati, bahwa mengembangkan, melestarikan, dan mempertahankan semua budaya tradisional berarti membesarkan volume penyajiannya dan memperbanyak kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaruinya. Usaha ini merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kesenian tradisional, tidak menjadikannya barang yang mati.