Kajian Maskulinitas Pada Kemasan Kosmetik : Analisis Wacana Kritis Terhadap Kemasan Produk Kosmetik Thebalm

Kosmetik adalah serangkaian produk yang fungsi dasarnya adalah merias, mempercantik, mengubah penampilan, memberi warna maupun dimensi. Saat ini dapat ditemukan pelbagai jenis kosmetik yang tersebar di pasaran luas, baik diperuntukkan bagi kaum perempuan maupun laki-laki. Hal tersebut mendorong prod...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: DEFI, Zintha
Format: Tugas Akhir
Language:Indonesian
Published: FSR ISI Yk. 2018
Subjects:
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=39811
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Kosmetik adalah serangkaian produk yang fungsi dasarnya adalah merias, mempercantik, mengubah penampilan, memberi warna maupun dimensi. Saat ini dapat ditemukan pelbagai jenis kosmetik yang tersebar di pasaran luas, baik diperuntukkan bagi kaum perempuan maupun laki-laki. Hal tersebut mendorong produsen kosmetik untuk berlomba-lomba menonjolkan keunggulan produk agar dapat bersaing dalam kompetisi ritel Dalam kemunculannya theBalm cosmetics berhasil memupuk brand image dalam benak konsumen yaitu dengan menerapkan gaya visual desain retro pin up pada desain kemasannya. Namun beberapa diantaranya, terdapat figur maskulin yang mendominasi visual kemasan. Diasumsikan theBalm cosmetics memanfaatkan figur tersebut sebagai praktik komodifikasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, berupaya memaparkan representasi figur maskulin pada kemasan theBalm melalui teori analisis wacana kritis Teun A. van Dijk, dalam menganalisis menggunakan referensi teori desain kemasan, kemudian ditelaah menggunakan perspektif maskulinitas dan komodifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya konten maskulin diterapkan pada kemasan theBalm. Nilai maskulin disisipkan dalam elemenelemen kemasan baik dalam elemen verbal maupun visual. Maskulinitas yang direpresentasikan dalam kemasan adalah maskulinitas yang diidealkan (hegemony masculinity) serta maskulinitas yang lebih lunak (soft masculinity). Penelitian ini membuktikan adanya praktik komodifikasi terhadap figur maskulin dimana figur tersebut sengaja dibubuhkan demi meraih keuntungan.