Re-Interpretasi Teknis dan Non-Teknis Musik Kontemporer sebagai Strategi Menurunkan Tingkat Kejenuhan Audiens, studi kasus: My Heart Leaps Up When I Behold Karya Philip Corner
Musik vokal abad 20 telah memberikan ruang dimana vokal disejajarkan dengan kahasanah musik instrumental. Musik vokal banyak mengalami perluasan terutama dalam hal idiomatik, materi artistik dan juga cara-cara penyajiannya. Interpretasi dan ekspresi menjadi faktor utama kejenuhan audiens, oleh sebab...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Tugas Akhir |
Language: | Indonesian |
Published: |
Prog. Pencip. & Pengkj. Seni PPS ISI Yogyakarta
2019
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=39894 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Musik vokal abad 20 telah memberikan ruang dimana vokal disejajarkan dengan kahasanah musik instrumental. Musik vokal banyak mengalami perluasan terutama dalam hal idiomatik, materi artistik dan juga cara-cara penyajiannya. Interpretasi dan ekspresi menjadi faktor utama kejenuhan audiens, oleh sebab itu interpretasi yang tepat menjadi kebutuhan mutlak, sehingga sajian dapat dilalukan secara artikulatif sesuai dengan kandungan material artistiknya. Tulisan ini membahas secara rinci tentang re-interpretasi “My Heart Leaps Up When I Behold” Karya Philip Corner untuk vokal tunggal. Dengan merunut proses dan pengolahan tehnik yang bertujuan untuk membentuk penyajian yang prima, melalui pendekan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur hasil reinterperetasi pada audiens yang difokuskan pada tingkat kejenuhan pemirsanya.Sebagai pendukung dalam penulisan artistik, kajian literature banyak merujuk pada sumber tentang sejarah musik avant garde, interpretasi, ekspresi, audiens, komponis avant garde, dan literature yang berhubungan dengan linguistik terutama hubungan antara puisi dan musik atau puisi dan lagu, serta literature yang memberikan petunjuk bagaimana melakukan sebuah kuesioner didalam musik.Penelitian ini menggunakan metode campuran, artistic research dan kuantitatif. Metode artistic research berbasis pada praktik (practice base) dan praktik sebagai perangkat kerja (practice driven). Artistic research berfokus pada kemungkinan, tantangan dan tuntutan penelitian artistik, mengartikulasikan kriteria penelitiannya sendiri berdasarkan karakterstik dan praktik individual. Penelitian ini memiliki sudut pandang pendekatan kombinasi penelitian yaitu kualitatif dan karakteristik khusus praktik artistik. Metode berikutnya yang digunakan adalah kuantitatif. Metode kuantitatif menekankan pada pengukuran objektif dan analisis statistik, matematika atau numerik dari data yang dikumpulkan melalui jajak pendapat, kuesioner dan survey atau dengan memanipulasi data statistik yang sudah ada sebelumnya menggunakan teknik komputasi. Metode ini berfokus pada pengumpulan data numerik dan menjeneralisasikannya dalam kelompok orang atau untuk menjelaskan fenomena tertentu.Interpretasi ulang ini menekankan pada sebuah perlakuan eksperimental pada skor. Mengontrol kebebasan dalam musik yang dilakukan secara simultan. Kontrol ditemukan dalam irama yang dibangun, timbre dan konten pitch, kontur yang dinamis, pengulanagn-pengulangan motif dan batasan ruang dan waktu. Dengan mengolah ekspresi (dinamika dan artikulasi), terbentuk sebuah gestur yang dapat membantu audiens dalam menikmati karya. Sehingga dalam hasil kuesioner yang telah dilakukan pada pementasan karya Corner menunjukkan bahwa re-interpretasi karya Corner berhasil menurunkan kejenuhan pada audiens. |
---|