Peristiwa Trance dalam Paradoks Wayang Kulit dan Komik sebagai Penciptaan Seni Lukis
Wayang kulit dan komik mempunyai titik keberangkatan sejarah dan latar belakang yang berbeda namun keduanya diikat sebagai seni, sarana komunikasi yang bersifat alternatif serta menyentuh pengalaman estetik penulis dalam bidang visual sebelum menggeluti kegiatan melukis di kanvas. Sebagai sebuah sen...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Tugas Akhir |
Language: | Indonesian |
Published: |
Jur. Seni Murni FSR ISI Yk
2019
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=39927 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Wayang kulit dan komik mempunyai titik keberangkatan sejarah dan latar belakang yang berbeda namun keduanya diikat sebagai seni, sarana komunikasi yang bersifat alternatif serta menyentuh pengalaman estetik penulis dalam bidang visual sebelum menggeluti kegiatan melukis di kanvas. Sebagai sebuah seni dan sarana komunikasi, pertunjukan wayang kulit dan komik selalu disandarkan pada gaya bercerita yang khas. Konflik yang biasanya muncul mengandung paradoks-paradoks di dalamnya untuk menerangkan sesuatu pengalaman hidup yang kompleks. Namun, berkat kelihaian dalang atau komikus yang berhasil mengembangkan segala materi terkait secara plastis, konflik itu mampu menyentuh pengalaman audiens. Masalahnya, baik wayang kulit atau komik kini dianggap kurang relevan sekaligus semakin pudar eksistensinya di hadapan sarana ungkap yang baru seperti internet atau smartphone. Bukan berarti wayang kulit atau komik harus dipertahankan ketika memang sudah tidak konteks dengan keadaan hari ini, namun penulis merasa inilah saat yang tepat untuk membongkar pakem-pakem wayang kulit dan kaidah komik pada umumnya. Pilihan ini merujuk pada peristiwa trance yang sering dipergunakan produsen teknologi dan industri untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, yang mengakibatkan keterasingan atau kontrol sosial pada masyarakat yang mengkonsumsi sehingga kehilangan beberapa aspek penting tentang eksistensinya. Penulis mengambil keunggulan sisi paradoks wayang kulit yang sarat dengan pengalaman trance melalui spiritualitasnya dan gaya populer serta spontanitas ala komik. Wayang kulit dan komik keberangkatannya memang menjadi sarana komunikasi alternatif yang khas menghadapi tantangan-tantangan pada zamannya - untuk menjadi pembanding, perumusan bentuk sekaligus sarana ungkap yang layak dengan realitas hari ini. Penggabungan keduanya itu juga untuk memberi referensi alternatif tentang peristiwa atau pengalaman trance yang diharapkan berguna untuk referensi generasi saat ini dalam menghadapi alienisasi yang ditimbulkan dari modernitas dan kapitalisme. |
---|