Seni Kinetik (Studi Proses Kreatif dan Karakteristik Karya Rudi Hendriatno)

Seni kinetik merupakan gabungan dari susunan bentuk tiga dimensi dan prinsip gerak mekanis, menghasilkan satu ruang/volume, umumnya menggunakan bantuan energi penggerak `seperti energi natural, angin, energi panas/kalor, energi listrik, dinamo sebagai sumber penggerak utama. Secara artifisial, kinet...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: RAHARJO,Rio
Format: Tugas Akhir
Language:Indonesian
Published: PPS ISI Yogyakarta 2018
Subjects:
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=41646
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Seni kinetik merupakan gabungan dari susunan bentuk tiga dimensi dan prinsip gerak mekanis, menghasilkan satu ruang/volume, umumnya menggunakan bantuan energi penggerak `seperti energi natural, angin, energi panas/kalor, energi listrik, dinamo sebagai sumber penggerak utama. Secara artifisial, kinetik dalam kategori ini, dirancang oleh manusia untuk dapat mengendalikan patung yang tidak dapat dicapai oleh gerak secara spontanitas ataupun pengantar dari luar. Pada awalnya, energi alami dipilih sebagai media penghantar gerak. Namun ketidakstabilan dan keterbatasan dari energi tersebut, menuntut para seniman untuk membuat energi tiruan untuk membantu menggerakan kreasi mereka. Energi motor elektrik lebih sering dianggap lebih efisien untuk digunakan pada patung kinetik sebagai terjemahan dari energi alam yang terlihat ke dalam sebuah aksi mekanis. (Feldman, 1967: 386). Pasca perang dunia kedua, tahun 1960an, beberapa seniman identik dengan respon artistik terhadap sains dan teknologi. Namun sebaliknya, seniman kinetik asal Swiss, Jean Tinguely justru menghadirkan bentuk artistik yang bebas dari fungsi dan kaidah mekanis pada umumnya. Gerak yang hadir secara mendadak dan tidak beraturan. Pada tahun 1960an, Nicholas Schoffer karyanya selalu bersinggungan dengan seni-teknologi, yakni melibatkan peranan cahaya ke dalam gerak seni kinetik. Kemudian Bob Potts pada tahun 1997, menangkap esensi ritme gerak alami yang diwujudkan dengan sistem elektrik melalui susunan mekanik dari komponen gear, rantai, tuas atau engkol.