Kajian Musikologis Perayaan Cap Go Meh 2018 pada Masyarakat Tionghoa di Kota Singkawang Kalimanatan Barat
Cap Go Meh merupakan festival terbesar yang diselenggarakan di Singkawang. Istilah ini berasal dari dialek Hokkian yang berarti hari kelima belas dari bulan pertama (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam). Perayaan ini dirayakan dengan berbagai kegiatan, termasuk didalamnya adalah arak-arakan Tatung...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Tugas Akhir |
Language: | Indonesian |
Published: |
Jur. Musik FSP ISI Yk.
2019
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=41818 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Cap Go Meh merupakan festival terbesar yang diselenggarakan di Singkawang. Istilah ini berasal dari dialek Hokkian yang berarti hari kelima belas dari bulan pertama (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam). Perayaan ini dirayakan dengan berbagai kegiatan, termasuk didalamnya adalah arak-arakan Tatung. Tatung adalah orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur. Pada perayaan Cap Go Meh ketika tatung-tatung beratraksi mereka akan diiringi oleh musik tradisional tionghoa. Selama festival berlangsung, penulis melakukan observasi, wawancara, studi literatur dan mendokumentasikan keseluruhan acara untuk mengumpulkan data lengkap. Peran musik pada perayaan Cap Go Meh 2018 di Kota Singkawang cukup penting, yakni sebagai tanda awal dan akhir ritual Cap Go Meh dan sebagai penyemangat para tatung. Alat musik yang digunakan ialah Simbal, Tambur dan Gong. Ketiganya merupakan alat musik ritmis. Cara memainkannya pun hampir sama yakni dengan cara dipukul. Bentuk iringan musik Cap Go Meh di Kota Singkawang antara lain terdiri dari iringan Tatung Datuk dan iringan Tatung Dewa. |
---|