Penyutradaraan film dokumenter "Bayang-bayang perubahan" dengan gaya performatif

Karya tugas akhir dokumenter berjudul “Bayang-Bayang Perubahan” merupakan sebuah karya film dokumenter membahas permasalahan pagelaran wayang kulit yang sedang mengalami perubahan fungsi, peranan dan tatanan pagelaran karena mengikuti kebutuhan masyarakat Yogyakarta saat ini. Film dokumenter ini men...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: PRIATAMA, Yundy Eko
Format: Tugas Akhir
Language:Indonesian
Published: Fakultas Seni Media Rekam 2018
Subjects:
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=42093
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Karya tugas akhir dokumenter berjudul “Bayang-Bayang Perubahan” merupakan sebuah karya film dokumenter membahas permasalahan pagelaran wayang kulit yang sedang mengalami perubahan fungsi, peranan dan tatanan pagelaran karena mengikuti kebutuhan masyarakat Yogyakarta saat ini. Film dokumenter ini menggunakan gaya performatif, menceritakan tentang pagelaran wayang kulit di Yogyakarta yang memiliki keterikatan sejarah, eksistensi, teknik-teknik pagelaran. Bercerita dari dalang sebagai pelaku utama yang merasakan langsung bagaimana permasalahan-permasalahan pagelaran wayang kulit di Yogyakarta sekarang, lewat statement-statement yang dikemas dalam adegan goro-goro. Penggunaan adegan goro goro diharapkan akan membuat penonton dengan mudah menerima informasi yang disampaikan karena Semar, Nala Gareng, Petruk dan Bagong bercerita dengan banyolan-banyolan yang lucu serta bahasa sehari-hari yang sangat mudah dimengerti. Menyajikan visual wayang kulit dari belakang kelir pada adegan goro-goro sebagai bentuk ekspresif dalam film dokumenter “Bayang-Bayang Perubahan” dan untuk mengembalikan fungsi kelir kepada publik mengedepankan visual yang menarik agar tidak membosankan. Film “Bayang-Bayang Perubahan” melakukan beberapa langkah dalam pembuatan adegan goro-goro. Pertama menggunakan multicam agar mendapat banyak variasi shot. Kedua menciptakan adegan-adegan yang atraktif misalnya sabetan wayang pada adegan alam-alaman dan adegan puncak ketika Gareng membanting handphone Bagong karena tidak terima kalau pagelaran wayang kulit mengalami perubahan menjadi lebih dominan hiburan saja.