Adishree Nirwasita

Karya ini menceritakan alur dari kemunculan seorang Putri Karang Melenu yang muncul dari sungai Mahakam. Putri Karang Melenu merupakan wanita dari Kerajaan Kutai Kartanegara, ia merupakan istri dari raja pertama dari Kerajaan Kutai Kartanegara yaitu Aji Batara Agung Dewa Sakti. Putri Karang Melenu p...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: NINGSIH, Putri Sari Dwi
Format: Buku Teks
Language:Indonesian
Published: Jur. Tari FSP ISI Yk. 2020
Subjects:
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=42451
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Karya ini menceritakan alur dari kemunculan seorang Putri Karang Melenu yang muncul dari sungai Mahakam. Putri Karang Melenu merupakan wanita dari Kerajaan Kutai Kartanegara, ia merupakan istri dari raja pertama dari Kerajaan Kutai Kartanegara yaitu Aji Batara Agung Dewa Sakti. Putri Karang Melenu pertama kali muncul di permukaan sungai Mahakam tepatnya adalah di Tepian Batu Desa Kutai Lama. Saat sebelum putri muncul ada seekor Naga yang bersuara layaknya putri yang meminta agar diturunkan ke Sungai Mahakam, ketika Naga tersebut berada di sungai dan masuk ke dalam sungai muncullah Putri Karang Melenu berserta tunggangannya yaitu Lembuswana. Lembuswana merupakan kendaraan pribadi Putri Karang Melenu. Pada perayaan Erau di Kota Tenggarong mengadakan acara mengulur naga, acara mengulur naga merupakan acara memperingati kemunculan Putri Karang Melenu. Keagungan serta keberkahan saat Putri Karang Melenu muncul, yang dipercayai masyarakat setempat membawa berkah yang cukup besar khususnya di Desa Kutai Lama. Pada karya ini menceritakan alur dari kemunculan Putri Karang Melenu dan tema pada karya ini adalah keagunggan dari seorang Putri Karang Melenu. Dikemas dengan tema tari dramatik serta menggunakan iringan tari yaitu gamelan Kutai. Bentuk karya ini adalah koreografi kelompok yang ditarikan oleh 15 penari terdiri dari tujuh penari pria, satu penari wanita sebagai Putri Karang Melenu dan empat penari wanita sebagai dayang. Pemilah tujuh penari pria karena sebagai naga dan menjadi tunggangannya putri, pemilihan jumlah tujuh karena saat naga erau dibawa ke Desa Kutai Lama menggelilingi titik-titik tertentu sebanyak tujuh kali dan simbol lingkaran dala karya tari ini sangat dominan. Properti yang digunakan penari dayang berupa kain putih dan kain kuning, kain putih untuk menggambarkan keagungan dari seorang putri serta warna kuning merupakan warna khas Kutai, serta untuk penari Putri Karang Melenu menggunakan kris serta selendang berwarna merah.