Pertunjukan Harian Wayang Kulit di Museum Sonobudoyo Ditinjau dari Model Cipp
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mendeskripsikan (1) pertunjukan harian wayang kulit di Museum Sonobudoyo ditinjau dari model (Context, Input, Process, dan Product), dan (2) faktor pendukung dan penghambat pertunjukan harian wayang kulit di Museum Sonobudoyo ditinjau dari model CIPP. J...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Tugas Akhir |
Language: | Indonesian |
Published: |
PPS ISI Yogyakarta
2020
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=42824 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
id |
isilib-42824 |
---|---|
record_format |
oai_dc |
spelling |
isilib-428242020-11-12T10:40:13Z Pertunjukan Harian Wayang Kulit di Museum Sonobudoyo Ditinjau dari Model Cipp KUSUMANINGRUM, Herlina Wayang Kesenian tradisional PPS ISI Yogyakarta 2020 id Tugas Akhir http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=42824 TES/MTS/Kus/p/2020 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mendeskripsikan (1) pertunjukan harian wayang kulit di Museum Sonobudoyo ditinjau dari model (Context, Input, Process, dan Product), dan (2) faktor pendukung dan penghambat pertunjukan harian wayang kulit di Museum Sonobudoyo ditinjau dari model CIPP. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Informan penelitian yaitu Kepala Tata Usaha dan Kepala Museum sebanyak 1 orang, Dalang pertunjukan Wayang Kulit sebanyak 1 orang, Humas Penanggungjawab Pertunjukan Wayang Kulit sebanyak 1 orang, penabuh karawitan sebanyak 1 orang, ahli perdalangan sebaganya 1 orang, dan penonton yang menyaksikan pertunjukan wayang kulit sebanyak 2 orang. Metode yang digunakan adalah wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melalui tahap reduksi data dan pengambilan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) pertunjukan harian wayang kulit di Museum Sonobudoyo ditinjau dari model (Context, Input, Process, dan Product) diketahui bahwa ditinjau dari segi evaluasi evaluasi context pada tahap segmentasi pasar belum melakukan klasifikasi pengunjung berdasarkan tingkatan usia sehingga pertunjukan masih disama ratakan baik dari segi waktu pelaksanaan pertunjukan hingga bentuk acara yang di tampilkan. Ditinjau dari segi evaluasi masukan (input evaluation) diketahui jika perlu dilakukan peningkatan kedisiplinan pegawai dan peningkatan kualitas SDM. Ditinjau dari segi evaluasi proses (process evaluation), kendala utama adalah pada sarana dan prasarana. Ditinjau dari segi evaluasi produk/ hasil (product evaluation) dinyatakan berhasil sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh pengelola program. (2) Faktor dari pertunjukan harian wayang kulit diantaranya yaitu Museum Sonobudoyo menyediakan semua dukungan yang mungkin bisa dilakukan; fasilitas yang disediakan telah memenuhi kebutuhan yang diperlukan seperti jumlah dalang dan wayang kulit; serta staf dan pekerja lain yang terlibat dalam program ini sangat luar biasa dan membantu. Sedangkan faktor yang menghambat adalah faktor penghambat pelaksanaan pertunjukan harian wayang kulit adalah jumlah pengunjung yang membeli tiket dan menonton wayang kulit relatif sedikit dan tidak mengalami kenaikan jumlah pengunjung dari waktu-ke waktu yang hanya berkisar 20 sampai 40 orang setiap harinya. Faktor penghambat lainnya adalah belum ada upgrade kualifikasi dalang serta honor yang sangat rendah sehingga dianggap kinerja dalang kurang optimal. Yogyakarta xiii+67 hal.; bib.; lamp.; 30 cm NONE http://opac.isi.ac.id//images/default/image.png |
institution |
Institut Seni Indonesia Yogyakarta |
collection |
Perpustakaan Yogyakarta |
language |
Indonesian |
topic |
Wayang Kesenian tradisional NONE |
spellingShingle |
Wayang Kesenian tradisional NONE KUSUMANINGRUM, Herlina Pertunjukan Harian Wayang Kulit di Museum Sonobudoyo Ditinjau dari Model Cipp |
description |
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mendeskripsikan (1) pertunjukan harian wayang kulit di Museum Sonobudoyo ditinjau dari model (Context, Input, Process, dan Product), dan (2) faktor pendukung dan penghambat pertunjukan harian wayang kulit di Museum Sonobudoyo ditinjau dari model CIPP. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Informan penelitian yaitu Kepala Tata Usaha dan Kepala Museum sebanyak 1 orang, Dalang pertunjukan Wayang Kulit sebanyak 1 orang, Humas Penanggungjawab Pertunjukan Wayang Kulit sebanyak 1 orang, penabuh karawitan sebanyak 1 orang, ahli perdalangan sebaganya 1 orang, dan penonton yang menyaksikan pertunjukan wayang kulit sebanyak 2 orang. Metode yang digunakan adalah wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melalui tahap reduksi data dan pengambilan kesimpulan. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) pertunjukan harian wayang kulit di Museum Sonobudoyo ditinjau dari model (Context, Input, Process, dan Product) diketahui bahwa ditinjau dari segi evaluasi evaluasi context pada tahap segmentasi pasar belum melakukan klasifikasi pengunjung berdasarkan tingkatan usia sehingga pertunjukan masih disama ratakan baik dari segi waktu pelaksanaan pertunjukan hingga bentuk acara yang di tampilkan. Ditinjau dari segi evaluasi masukan (input evaluation) diketahui jika perlu dilakukan peningkatan kedisiplinan pegawai dan peningkatan kualitas SDM. Ditinjau dari segi evaluasi proses (process evaluation), kendala utama adalah pada sarana dan prasarana. Ditinjau dari segi evaluasi produk/ hasil (product evaluation) dinyatakan berhasil sesuai dengan indikator yang ditetapkan oleh pengelola program. (2) Faktor dari pertunjukan harian wayang kulit diantaranya yaitu Museum Sonobudoyo menyediakan semua dukungan yang mungkin bisa dilakukan; fasilitas yang disediakan telah memenuhi kebutuhan yang diperlukan seperti jumlah dalang dan wayang kulit; serta staf dan pekerja lain yang terlibat dalam program ini sangat luar biasa dan membantu. Sedangkan faktor yang menghambat adalah faktor penghambat pelaksanaan pertunjukan harian wayang kulit adalah jumlah pengunjung yang membeli tiket dan menonton wayang kulit relatif sedikit dan tidak mengalami kenaikan jumlah pengunjung dari waktu-ke waktu yang hanya berkisar 20 sampai 40 orang setiap harinya. Faktor penghambat lainnya adalah belum ada upgrade kualifikasi dalang serta honor yang sangat rendah sehingga dianggap kinerja dalang kurang optimal. |
format |
Tugas Akhir |
author |
KUSUMANINGRUM, Herlina |
author_facet |
KUSUMANINGRUM, Herlina |
author_sort |
KUSUMANINGRUM, Herlina |
title |
Pertunjukan Harian Wayang Kulit di Museum Sonobudoyo Ditinjau dari Model Cipp |
title_short |
Pertunjukan Harian Wayang Kulit di Museum Sonobudoyo Ditinjau dari Model Cipp |
title_full |
Pertunjukan Harian Wayang Kulit di Museum Sonobudoyo Ditinjau dari Model Cipp |
title_fullStr |
Pertunjukan Harian Wayang Kulit di Museum Sonobudoyo Ditinjau dari Model Cipp |
title_full_unstemmed |
Pertunjukan Harian Wayang Kulit di Museum Sonobudoyo Ditinjau dari Model Cipp |
title_sort |
pertunjukan harian wayang kulit di museum sonobudoyo ditinjau dari model cipp |
publisher |
PPS ISI Yogyakarta |
publishDate |
2020 |
url |
http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=42824 |
_version_ |
1741201727664685056 |