Estetika Banal dan Spiritualisme Kritis: Dialog Fotografi dan Sastra Dalam 13 Keping
Fotografi bukan saja menarik untuk diperbincangkan dalam ranah fotografi itu sendiri, namun fotografi juga membuka peluang untuk dipertautkan dan diperbincangkan melalui disiplin-disiplin keilmuan yang lain. Buku ini cukup menarik sebagai sebuah dialog, meski pada bagian awal sudah ada ramburambu ya...
Saved in:
Main Authors: | , |
---|---|
Format: | Buku Teks |
Language: | IN-EN |
Published: |
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
2015
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=42874 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Fotografi bukan saja menarik untuk diperbincangkan dalam ranah fotografi itu sendiri, namun fotografi juga membuka peluang untuk dipertautkan dan diperbincangkan melalui disiplin-disiplin keilmuan yang lain. Buku ini cukup menarik sebagai sebuah dialog, meski pada bagian awal sudah ada ramburambu yang mengatakan bahwa buku ini bisa dibaca secara terpisah, artinya “tidak saling” terkait, tapi juga bisa sebagai dialog yang saling bertautan. Melalui Estetika Banal dan Spritualisme Kritis; Dialog Fotografi dan Sastra dalam 13 Keping (2015), Erik Prasetya dan Ayu Memperbincangkan Dialog Fotografi dan Sastra dalam 13 Keping, Utami coba urun rembug dalam wilayah wacana (visual) kritis. Mereka coba memperbincangkan kedalaman fotografi secara etis maupun estetis. Ketika fotografi hanya mengejar kualitas dan kuantitas estetis maka posisi etis menjadi sesuatu yang menarik untuk terus dibahasakan sekaligus dipertanyakan. Sebagai sebuah dialog, Erik dan Ayu saling bersautan dalam memberikan gagasan. Keresahan atas sesuatu yang dramatis namun kadangkala dikatakan sebagai karya yang menarik dan “bernilai”. Fotografi memang politis, ia mampu mereduksi keluguan seseorang pemotret maupun yang terpotret. |
---|