Rasa lan Panggraita: Intisari ajaran dan kearifan Jawa

Ilmu kepemimpinan modern tidak selalu tepat dan akurat untuk menyelesaikan berbagai problem kepemimpinan yang semakin kompleks di era global. Pada kondisi demikian, perlu revitalisai kearifan lokal yang dapat menjadi basis karakter kepemimpinan. Dapat pula terjadi manfaat terbalik, yakni karakter ke...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: WREKSOSOEHARJO,Soedjarwo
Format: Buku Teks
Language:Indonesian
Published: Fasindo 2009
Subjects:
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=43250
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Ilmu kepemimpinan modern tidak selalu tepat dan akurat untuk menyelesaikan berbagai problem kepemimpinan yang semakin kompleks di era global. Pada kondisi demikian, perlu revitalisai kearifan lokal yang dapat menjadi basis karakter kepemimpinan. Dapat pula terjadi manfaat terbalik, yakni karakter kepemimpinan berbasis kearifan lokal justru dapat menjadi sarana penyelesaian masalah-masalah kepemimpinan global. Ada permasalahan-permasalahan yang tepat ditangani dengan ilmu-ilmu kepemimpinan modern (global), namun ada pula yang lebih tepat ditangani dengan kearifan lokal. Kearifan lokal yang dapat dijadikan basis karakter kepemimpinan, terpilah menjadi dua, yakni yang berupa pantangan dan berupa anjuran. Karakter kepemimpinan yang berupa pantangan antara lain: adigang, adigung, adiguna; aja dumeh, dan sapa sira sapa ingsun. Karakter lokal kepemimpinan anjuran antara lain: aja rumangsa bisa, nanging bisa rumangsa, berbudi bawa leksana, lembah manah, andhap asor, wani ngalah luhur wekasane. Ditinjau dari filsafat rasa, Wong Jawa nggone rasa. Rasa sebagai way of life. Sebagaibentu lingual, secara semantik kata rasa dapat disepadankan dengan rasa dalam bahasa Indonesia. Namun dalam budaya Jawa kata rasa memiliki nilai mendalam (indepth feeling), bukan secara secara lahiriah atau kulitnya saja.