Haji Bilal Atmojoewana: Raja Batik Dari Yogyakarta
Lahir dalam lingkungan abdi negara dalem keraton Yogyakarta, Atmojoewana justru tak ingin mengikuti jejak ayahnya. Dia ingin memiliki usaha sendiri. Sejak kecil dia menjual rumput dan kayu bakar. Keuletan dan sikap mandiri Atmojoewana menarik minat juragan batik kauman, Haji Ibrahim, Atmojorwana men...
Saved in:
Format: | Buku Teks |
---|---|
Published: |
Turun Tangan
2020
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=43254 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Lahir dalam lingkungan abdi negara dalem keraton Yogyakarta, Atmojoewana justru tak ingin mengikuti jejak ayahnya. Dia ingin memiliki usaha sendiri. Sejak kecil dia menjual rumput dan kayu bakar. Keuletan dan sikap mandiri Atmojoewana menarik minat juragan batik kauman, Haji Ibrahim, Atmojorwana mendapat bimbingan khusus dari Haji Ibrahim untuk mengembangkan bisnis batik.n Pada kemudian hari, kualitas hubungan mereka meningkat menjadi mertua -menantu. Bahkan Haji Ibrahim mengajak Atmojoewana naik haji. Sepulang dari ibadah haji, Atmojoewana menambahkan nama di depanya , Haji Bilal, itulah nama mahsyurnya.Mendirikan perusahaan batik bumiputera pertama di Yogyakarta pada tahun 1912, Haji Bilal menjadi nama dalam jaminan soal kualitas batik pesanan yang datang dari pojok-pojok Nusantara dan luar negeri. buku ini menggunakan tehnik penulisan jurnalisme sastrawi untuk mengajak pembaca untuk melihat lebih dekat bagaimana Haji Bilal membangun perusahaanya, dan bagaimana dia bisa mempertahankan usahanya pada depresi besar tahun 1930-an, apa pula peran Haji Bilal dalam masa revolusi Indonesia. |
---|