Asuh Asah Babakeh

Asuh Asah Babakeh merupakan karya yang terinspirasi dari pengalaman empiris penata tari tentang kedekatan dan kasih sayang seorang Atuk terhadap cucu. Atuk (bahasa Minang: kakek) merupakan salah satu yang berperan penting dalam pendidikan awal mengenali kehidupan penata tari. Beliau yang mengajar il...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: SOPHIA, Ayang
Format: Tugas Akhir
Language:Indonesian
Published: FSP ISI Yk. 2020
Subjects:
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=43379
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Asuh Asah Babakeh merupakan karya yang terinspirasi dari pengalaman empiris penata tari tentang kedekatan dan kasih sayang seorang Atuk terhadap cucu. Atuk (bahasa Minang: kakek) merupakan salah satu yang berperan penting dalam pendidikan awal mengenali kehidupan penata tari. Beliau yang mengajar ilmu pengetahuan, agama, beragam cara hidup di dunia melalui nyanyian, cerita dan contoh peristiwa. Atuk telah wafat meninggalkan kesan yang mendalam sampai saat ini. Karya tari ini merupakan persembahan ucapan terima kasih untuk Almarhum dari lubuk hati yang terdalam. Asuh Asah Babakeh merupakan koreografi kelompok dengan garap kontemporer yang berakar dari tradisi Minangkabau. Garap gerak berpijak pada tari Babuai yang bernafaskan budaya Minangkabau. Demikian juga musik tarinya yang dikomposisi khusus untuk koreografi ini yang diharapkan dapat membangun nuansa budaya Minangkabau serja imajinasi tema serta menguatkan dramatisasi pada setiap bagian tarinya. Tema pada karya ini adalah ungkapan rasa rindu pada kasih sayang antara cucu dengan Atuk. Menggunakan tipe tari dramatik serta cara ungkap simbolis. Struktur Koreografi dibagi menjadi empat adegan. Menggunakan properti tari lampu togok (lampu minyak yang sudah dimodivikasi), serta properti panggung untuk menambah estetika penampilan serta menguatkan ekpresi tarinya. Asuh Asah Babakeh diungkapkan oleh delapan penari terdiri dari empat laki-laki dan 4 perempuan yang menyimbolkan angkat delapan (8) yang artinya garis yang tidak putus seperti kasih sayang Atuk terhadap cucunya. Satu penari perempuan menjadi tokoh penting dalam karya ini, tanpa satu penari tookh cucu maka ada adegan yang hilang. Karya ini dipentaskan dipanggung proscenium stage.