Estetika Tari Srimpi Rangga Janur Pada Masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII Di Kraton Yogyakarta
Srimpi atau Serimpi merupakan suatu komposisi tari putri gaya Yogyakarta yang pada umumnya didukung oleh empat orang penari. Srimpi Rangga Janur merupakan tari klasik gaya Yogyakarta yang terdapat pada Manuskrip mulai masa Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui, me...
Saved in:
Main Author: | |
---|---|
Format: | Tugas Akhir |
Language: | Indonesian |
Published: |
FSP ISI Yk.
2020
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=43419 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Srimpi atau Serimpi merupakan suatu komposisi tari putri gaya Yogyakarta yang pada umumnya didukung oleh empat orang penari. Srimpi Rangga Janur merupakan tari klasik gaya Yogyakarta yang terdapat pada Manuskrip mulai masa Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui, mengungkap, dan mendeskripsikan estetika tari Srimpi Rangga Janur pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan estetika. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif. Kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi metode dan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estetika tari Srimpi Rangga Janur dapat diketahui melalui: unity (keutuhan) jika dikaitkan dengan konsep Jawa tentang sêlirang sêtangkêp dan loro-loroning atunggil. Variety (variasi) dapat disejajarkan dengan wilêd dalam Hasta Sawanda. Repetisi (pengulangan) dapat diketahui dari perhitungan beberapa motif yang sering diulang. Contrast (kontras) dapat diketahui dari motif gerak yang berlawanan. Transtition (transisi) dapat disejajarkan dengan pancad dalam Hasta Sawanda. Sequence (urutan) dapat diketahui dari struktur koreografi dan struktur iringan serta dapat diejajarkan dengan konsep mandhêg milir. Climax (klimaks) dapat diketahui dari struktur koreografi dan struktur gendhing. Proportion (proporsi) dapat diketahui dari besar kecilnya kuantitas antara gerak, tempat pertunjukan dan penari. Balance (keseimbangan) dapat dikaitkan dengan konsep Jawa tentang sangkan paraning dumadi (mulih mula mulanira). Harmony (selaras) dapat diketahui dari keselarasan dari gendhing pengiring dengan gerak-gerak yang lembut, runtut, patut, luruh – jêtmika, dengan tata krama, teratur, terkendali, mbanyu mili, serta tempo yang ajêg. |
---|