Questioning Everything! : Kreativitas di dunia yang tidak baik-baik saja
Buku ini merupakan kumpulan wawancara majalah WARNING dengan 27 tokoh, dari latar belakang yang berbeda; lima penulis, enam belas musisi, empat sutradara film, dan dua perupa dari berbagai kota, antara lain; Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dsb. Ada juga yang dari mancanegara; Ingg...
Saved in:
Main Authors: | , |
---|---|
Format: | Buku Teks |
Language: | Indonesian |
Published: |
Shira Media
2019
|
Subjects: | |
Online Access: | http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=43476 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | Buku ini merupakan kumpulan wawancara majalah WARNING dengan 27 tokoh, dari latar belakang yang berbeda; lima penulis, enam belas musisi, empat sutradara film, dan dua perupa dari berbagai kota, antara lain; Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dsb. Ada juga yang dari mancanegara; Inggris, Perancis, dan Amerika. Konten buku “Questioning Everything: Kreativitas di Dunia yang Tidak Baik-baik Saja” dihadirkan dalam format tanya jawab yang menunjukkan secara utuh interaksi dengan nara sumber. Gaya bicara blak-blakan namun menggelitik bisa disimak pada wawancara dengan Remy Sylado. Menurutnya , pemicu kreativitas bisa terkesan sederhana: karena ada orang lain yang tidak kreatif, hanya produktif. Produktivitas hanya berurusan dengan akumulasi karya, sementara kreativitas adalah ikhtiar tanpa henti menemukan otentisitas dalam berkarya. Seniman grafis Andrew Lumbon Gaol melihat keterbukaan masyarakat Jogja terhadap street art (seni jalanan) justru melahirkan kerugian karena tidak ada tantangan. Dengan tantangan kita bisa mengukur diri sendiri. Para tokoh dalam buku ini meskipun bekerja pada sector kreatif mereka tidak buta politik apalagi apatis. Tidak hanya asyik dengan dengan dunia yang digelutinya, tetapi juga menyuarakan pandangan menggelitik tentang kondisi sosial-politik di Tanah Air.Kata kunci: kreativitas, berkesenian, produktivitas. |
---|