Iringan Karawitan Winasis dalam Perayaan Ekaristi di Gereja Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan Kulon Progo

Bahasa, musik, dan struktur bangunan joglo di Gereja Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan menjadi bukti inkulturasi yang terdapat dalam perayan Ekaristi sebagai bentuk menjaga tradisi. Ekaristi menjadi perayaan utama untuk bagi Katolik, dan pada perkembangannya beradaptasi dengan budaya lokal,...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: PRIMATAMA, Reinardus Raka
Format: Tugas Akhir
Language:Indonesian
Published: Jur. Etnomusikologi FSP ISI Yk. 2020
Subjects:
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=43509
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Bahasa, musik, dan struktur bangunan joglo di Gereja Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan menjadi bukti inkulturasi yang terdapat dalam perayan Ekaristi sebagai bentuk menjaga tradisi. Ekaristi menjadi perayaan utama untuk bagi Katolik, dan pada perkembangannya beradaptasi dengan budaya lokal, proses adaptasi ini termasuk inkulturasi. Gamelan Jawa merupakan salah satu bukti inkulturasi yang terdapat di Gereja Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan. Gamelan di Gereja Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan memiliki jenis laras pelog. Gamelan yang pada dumumnya dimainkan oleh kaum lanjut usia kini anak-anak telah diajarkan untuk mencintai budaya Jawa, khsusunya di Gereja Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan. Banyaknya kelompok karawitan yang melibatkan anak-anak tersebut sebagai bentuk pelestarian budaya. Anak-anak yang terlibat dalam pelayanan iringan karawitan menjadi fenomena baru dalam perayaan Ekaristi di Gereja Nangggulan. Menjadi hal positif adanya karawitan Winasis di Gereja Nanggulan, karena masih senangnya anak-anak mencintai tradisi dan juga memberi pelayanan di Gereja Nanggulan. Rasa cinta dengan budaya Jawa yang akan terus dilestarikan menjadi aspek budaya yang dapat diterapkan di aspek keseharian. Momentum perayaan Ekaristi Minggu Biasa 16 Februari 2020 dengan perayaan Valentine menjadi semangat kaum muda khususnya Winasis dalam pelayanan iringan karawitan. Winasis yang bertugas menjadi pengiring lagu misa dengan lantunan musik gendhing yang ceria menjadi daya tarik bagi umat Nanggulan untuk mengikuti peribadatan. Musik yang menjadi daya tarik umat Nanggulan setelah mengikuti misa ada di lagu terakhir yang berjudul “Ku Pandang Sepuas Hati”. Lagu tersebut memiliki rasa ungkapan hati dengan ceria dan harapan di akhir misa pulang membawa berkat. Grup karawitan Winasis yang menjadi pengiring perayaan Ekaristi menjadi bukti inkulturasi di Gereja Santa Perawan Maria Tak Bercela Nanggulan. Dalam posisi ini anak-anak bisa menunjukkan rasa cinta terhadap tradisi Jawa dengan memainkan gamelan tidak terukur oleh usia. Sesuai dengan Konsli Vatikan II pada tahun 1965 bahwa peribadatan gereja harus berakar dari budaya lokal, hal ini ditunjujkan anak-anak Winasis untuk melestarikan budaya lokal pada seluruh umat.