Slilit Sang Kiai

Slilit Sang Kiai adalah "kumpulan kolom", bukan "buku". Artinya, kumpulan ini bukan paparan gagasan yang sejak semula secara sadar disusun dalam suatu rakitan sistematik, sebagaimana lazimnya sebuah buku disusun. Ibarat pementasan di panggung, kolom - kolom ini adalah sederetan l...

全面介绍

Saved in:
书目详细资料
主要作者: NADJIB, Emha Ainun
格式: Buku Teks
语言:Indonesian
出版: Grafiti 1991
主题:
在线阅读:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=43930
标签: 添加标签
没有标签, 成为第一个标记此记录!
PINJAM
实物特征
总结:Slilit Sang Kiai adalah "kumpulan kolom", bukan "buku". Artinya, kumpulan ini bukan paparan gagasan yang sejak semula secara sadar disusun dalam suatu rakitan sistematik, sebagaimana lazimnya sebuah buku disusun. Ibarat pementasan di panggung, kolom - kolom ini adalah sederetan lagu yang masing - masing mengalir sendiri - sendiri, meskipun penyusunannya diupayakan agar aliran - aliran itu bertemu di sana - sini dan membangun suatu keutuhan nuansa. Buku ini terbagi dalam 3 bagian besar. Bagian pertama kumpulan ini diikat oleh tema - tema keagamaan, dalam hal ini Islam, meskipun bukan tidak merambah perspektif religiositas dalam arti yang luas. Teristimewa berkisar pada - kami menyebutnya - "perelativan" syariat, di tengah situasi pemelukan Islam di mana syariat "dipuja" sedemikian rupa dan diposisikan paling substantif di antara dimensi - dimensi ke - Islam-an lainnya. Penulis memaparkan berbagai ilustrasi untuk menggambarkan "keringnya penghayatan" karena "konsentrasi itus" dan "kecenderungan menuhankan syariat, bahkan fikih". Pada bagian kedua, tulisan - tulisan yang tersajikan memaparkan berbagai problem yang dihadapi oleh berbagai kelompok masyarakat. Yakni, mereka yang mengalami "sunyi" ekonomi, politik, dan budaya, serta tertepikan dalam pegulatan sejarah. Adapun bagian ketiga, tulisan - tulisan ini memasuki persoalan - persoalan yang lebih makro dan universal. Setiap tema yang diajukan selalu ditarik ke dalam skala makro sejarah dan peradaban yang luas. Kasus sadisme, misalnya, yakni tentang kekejaman pembunuhan yang terjadi di Indonesia, oleh penulis dilihat tidak sekadar sebagai kasus psikologis-personal atau kasus kelainan kejiwaan, melainkan juga sebagai bagian dari kecenderungan - kecenderungan sosial - bahkan sistemik - dari keberlangsungan sejarah.