Ardhananareswari

Karya penciptaan Ardhananareswari adalah sebuah karya yang terinspirasi dari sebuah legenda yang terdapat di Tulungagung. Karya Tari ini bercerita tentang seorang tokoh yang bernama Roro Kembangsore. Sebuah legenda yang kemudian diangkat dalam sebuah karya tari. Ketertarikan penata kepada tokoh Roro...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: ANGGARANI, Dewi
Format: Tugas Akhir
Language:Indonesian
Published: Jur. Tari FSP ISI Yk. 2021
Subjects:
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=45802
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Karya penciptaan Ardhananareswari adalah sebuah karya yang terinspirasi dari sebuah legenda yang terdapat di Tulungagung. Karya Tari ini bercerita tentang seorang tokoh yang bernama Roro Kembangsore. Sebuah legenda yang kemudian diangkat dalam sebuah karya tari. Ketertarikan penata kepada tokoh Roro Kembangsore tentang sifat cerdiknya, gesit, dan banyak strategi dalam mempertahankan cinta dan kesetiaanya, dan kemiripan kisah yang dialami oleh Roro Kembangsore dengan penata, menjadi ide pokok karya tari ini. Konsep ini yang di pakai penata untuk dijadikan sebuah gerak. Roro Kembangsore merupakan seorang putri Raja dari kerajaan Bedalem yang memiliki sifat anggun dan lembut. Penata memilih tema karya tari ini yaitu spirit kecerdikan Roro Kembangsore dalam strategi. Karya Ardhananareswari merupakan sebuah tari video yang di kumpulkan dalam bentuk video tari, akibat adanya pandemi Covid-19. Karya ini dipentaskan di Rumah Joglo yang bertempat di Café Lembayung Senja, agar kesan Jawa nya lebih terlihat. Karya tari ini di tarikan secara tunggal oleh penata karena adanya pandemi. Karya Ardhananareswari ini memiliki awalan, 3 bagian, dan akhiran. Beberapa bagianya menggambarkan kaputren atau menggambarkan sosok roro Kembangsore sebagai putri, pemberontakan, dan iklas atau pasrah. Musik dalam karya ini menggunakan musik MIDI, dengan durasi karya selama 9 menit, busana yang digunakan yaitu busana modern berwarna ungu yang memiliki arti sendiri. Semula cerita ini hanya dibawakan dalam pertunjukan ketoprak, penata berharap jika cerita ini dapat diukemas dengan bentuk sebuah tarian maka akan mudah dipahami oleh masyarakat.