Mengulik Cerita di Balik Tarian Turonggo Yakso Trenggalek Melalui Penciptaan Kain Panjang Batik

Turangga Yakso adalah jaran atau kuda berkepala buto dengan rambut lebat tergerai. Asal mula kesenian ini dilatari sejenis upacara ritual dalam rangka bersih desa serta tasyakuran atas melimpahnya hasil panen yang kemudian dikenal dengan nama Baritan. Sesungguhnya simbol jaran dalam jaranan Turangga...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: YANTARI, Zahra Azkia Putri
Format: Tugas Akhir
Language:Indonesian
Published: FSR ISI Yogyakarta 2021
Subjects:
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=46129
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Turangga Yakso adalah jaran atau kuda berkepala buto dengan rambut lebat tergerai. Asal mula kesenian ini dilatari sejenis upacara ritual dalam rangka bersih desa serta tasyakuran atas melimpahnya hasil panen yang kemudian dikenal dengan nama Baritan. Sesungguhnya simbol jaran dalam jaranan Turangga Yakso menceritakan ihwal Dadung Awuk yang menjaga tanaman pertanian dan hewan piaraan petani. Sementara tokoh jahat disimbolkan dengan celeng dan barongan. Tokoh-tokoh ini saling bertempur, saling mengalahkan dan memenangkan, tetapi di akhir cerita yang benarlah akan menang. Selain itu, gerakan-gerakan yang ada dalam tarian Turangga Yakso menggambarkan kegiatan para petani mulai dari mengolah sawah hingga memanen tanaman padi. Penciptaan karya tugas akhir kain panjang ini menggunakan metode pendekatan Estetika A.A.M. Djelantik dan metode pendekatan Etnografi untuk mewujudkan karya kain panjang dengan ide cerita tari Turangga Yakso. Metode penciptaan yang penulis gunakan yaitu teori S.P. Gustami tiga tahap enam langkah. Teknik yang digunakan meliputi teknik batik tulis, lorodan, teknik pewarnaan colet dan celup. Hasil penciptaan karya seni ini berupa enam kain panjang batik dengan motif cerita tari Turangga Yakso. Karya kain panjang batik tersebut dihasilkan dengan zat pewarna sintetis napthol, remasol, dan indigosol. Karya ini diharapkan mampu memberikan atau menjadi inspirasi masyarakat, lembaga pendidikan, dan seni, khususnya kriya tekstil serta mengangkat kembali tradisi maupun budaya daerah yang ada di Trenggalek