Canting sebuah roman keluarga

Canting, carat tembaga untuk membatik, bagi buruh - buruh batik menjadi nyawa. Setiap saat terbaik dalam hidupnya, canting ditiup dengan napas dan perasaan. Tapi batik yang dibuat dengan canting kini terbanting, karena munculnya jenis printing - cetak. Kalau proses pembatikan lewat canting memrlukan...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Author: ATMOWILOTO, Arswendo
Format: Buku Teks
Language:Indonesian
Published: PT Gramedia 1986
Subjects:
800
Online Access:http://opac.isi.ac.id//index.php?p=show_detail&id=8917
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
PINJAM
Description
Summary:Canting, carat tembaga untuk membatik, bagi buruh - buruh batik menjadi nyawa. Setiap saat terbaik dalam hidupnya, canting ditiup dengan napas dan perasaan. Tapi batik yang dibuat dengan canting kini terbanting, karena munculnya jenis printing - cetak. Kalau proses pembatikan lewat canting memrlukan waktu berbulan - bulan, jenis batik cetak ini cukup beberapa kejap saja. Canting, simbol budaya kalah, tersisih, dan melelahkan. Adalah Ni - sarjana farmasi, calon pengantin, putri Ngabean - yang mencoba menekuni, walau harus berhadapan dengan Pak Bei, bangsawan berhidung mancung yang perkasa; Bu Bei, bekas buruh batik yang menjadi ibunya; serta kakak - kakaknya yang sukses. Canting, yang menjadi cap batik Ngabean; tak bisa bertahan lagi. "Menyadari budaya yang sakit adalah tidak dengan menjerit, tidak dengan mengibarkan bendera". Ni menjadi tidak Jawa, menjadi aeng - aneh, untuk bisa bertahan. Ni yang lahir ketika Ki Ageng Suryamentaran meninggal dunia, adalah generasi kedua, setelah ayahnya, yang berani tidak Jawa.